Sebagian besar masyarakat sudah paham mengenai bahaya merokok, tetapi terkadang mereka seakan menutup telinga akan bahaya yang mengintainya. Efek dari merokok tidak langsung kita rasakan, tetapi perlahan-lahan kebiasaan ini menghalangi udara untuk masuk ke dalam paru-paru. Gangguan semacam ini dalam istilah medis dikenal sebagai penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Penyakit ini menyebabkan aliran udara terhalang masuk ke paru-paru akibat adanya  pembengkakan dan lendir atau dahak. Kondisi ini menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan bernapas. Selain itu, jika tidak ditangani dengan tepat, pengidap penyakit ini memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Saat menarik napas, udara akan masuk ke dalam tenggorokan. Dalam tenggorokan, saluran pernapasan terbagi menjadi dua cabang, yaitu menuju paru-paru kiri dan kanan. Di dalam paru-paru ini, saluran pernapasan terbagi menjadi banyak cabang yang berujung pada kantong kecil (alveoli), yaitu tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Untuk dapat menyentuh alveoli, paru-paru mengandalkan kelenturan alami yang dimiliki saluran udara dan alveoli untuk mendorong udara berisi karbon dioksida keluar dari tubuh.
Namun, mereka yang mengidap penyakit paru obstruktif kronis, kelenturan yang dimiliki alveoli dan seluruh cabang saluran napas berkurang sehingga udara mengalami kesulitan untuk didorong.
Selain itu, saluran napas menjadi bengkak dan menyempit, serta memproduksi banyak dahak. Akibatnya, karbon dioksida tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan pasokan oksigen juga menjadi berkurang.
Kondisi menyempitnya saluran pernapasan dan berkurangnya dicurigai terjadi akibat banyak faktor, di antaranya: