Seiring bertambahnya usia, risiko mengalami gangguan pendengaran semakin besar. Berdasarkan American Family Physician, sekitar 25 persen orang berusia di atas 50 tahun mengalami gangguan pendengaran.
Selain itu, gangguan pendengaran juga dialami sekitar 50 persen orang dengan usia di atas 80 tahun. Meski begitu, masalah pendengaran pada dasarnya dapat menyerang siapa pun.
Jika Anda mengalami kondisi tersebut, penting untuk melakukan pemeriksaan sesegera mungkin.
Salah satu cara mengetahui apakah pendengaran mengalami gangguan atau tidak adalah melakukan tes audiometri.
Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengetahui seberapa baik fungsi pendengaran seseorang.
Disampaikan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, tes audiometri dilakukan menggunakan perangkat bernama audiometer.
Audiometer merupakan perangkat yang dapat memutarkan suara melalui headphone. Alat ini membantu audiolog (pemeriksa) untuk mengetahui respons pasien terhadap intensitas dan nada suara.
Lewat tes audiometri, dokter juga dapat mengidentifikasi keseimbangan pendengaran dan masalah di dalam fungsi telinga bagian dalam lainnya.
Gangguan pendengaran sendiri dapat disebabkan beragam faktor, di antaranya:
Terdapat beberapa jenis pemeriksaan audiometri, di antaranya.
Dalam pemeriksaan ini, bunyi dengan beragam frekuensi dan intensitas akan keluar melalui headphone khusus yang terhubung dengan perangkat audiometer.
“Fungsinya untuk memeriksa air conduction dan bone conduction dari telinga. Lalu, pasien akan diinstruksikan untuk memberikan tanda kepada audiolog, jika dapat atau tidak dapat mendengar suara tersebut,†jelas dr. Astrid.
Biasanya, audiolog akan meminta pasien mengangkat tangan ketika mendengarkan setiap suara.
Perlu Anda tahu, telinga manusia sehat dapat mendengarkan suara pelan serupa bisikan, sekitar 20 dB (desibel, merupakan satuan ukuran intensitas bunyi). Adapun suara dengan intensitas bunyi keras melebihi 85 dB, seperti di konser musik rock.
Frekuensi suara yang dapat didengar manusia berkisar 20-20.000 Hz (satuan ukuran frekuensi suara). Suara pembicaraan manusia umumnya berkisar 500-3.000 Hz.
Tes audiometri lainnya yaitu mengenali ucapan di antara suara bising. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memutarkan sampel suara bising bersama bunyi ucapan tertentu.
Pasien akan diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan. Tes mengenali kata ini membantu dokter mendiagnosis gangguan pendengaran.
Pemeriksaan audiometri menggunakan garpu tala dilakukan untuk mengetahui seberapa baik telinga bagian dalam menangkap getaran bunyi.
Tes ini juga dapat dilakukan menggunakan bone oscillator, yaitu perangkat mekanis yang juga berfungsi mentransmisikan getaran.
Seluruh pemeriksaan audiometri tidak berbahaya dan tidak menimbulkan rasa sakit. Umumnya tes ini berlangsung sekitar satu jam.
Usai tes audiometri, audiolog akan mengevaluasi fungsi pendengaran pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan, audiolog akan menentukan jenis tindakan dan perawatan untuk mencegah perburukan gejala maupun mengatasi gangguan pendengaran.