Berita Kesehatan
Asma pada Anak: Apa Penyebabnya dan Bagaimana Cara Mengatasinya?
Selasa, 09 Mar 2021 11:24:39
asma adalah suatu peradangan kronis disaluran napas yang bersifat reversibel. Mengutip dari WHO, lebih dari 235 juta orang mengidap asma. Tak hanya pada orang dewasa, asma menjadi suatu penyakit yang umum pada anak-anak. Apa penyebab asma pada anak dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut penjelasannya.

Penyebab

Apa penyebab asma pada anak?

Sampai saat ini penyebab asma pada anak belum diketahui secara pasti. Namun faktor keturunan dari orangtua juga ikut berperan penting sebagai penyebab asma pada anak. 

Apabila orangtua punya riwayat penyakit ini, maka risiko anak akan lebih tinggi untuk mengalaminya. Selain itu, penyebab asma pada anak yang paling umum adalah:

  • Zat alergen yang terhirup (tungau, debu, parfum menyengat, bulu binatang)
  • Infeksi saluran pernapasan atas (seperti pilek, flu, atau pneumonia)
  • Alergi makanan
  • Olahraga atau aktivitas fisik yang terlalu berat
  • Efek samping obat-obatan tertentu (anti nyeri NSAID dan beta-blocker untuk penyakit jantung)
  • Cuaca (dingin, panas, dan kualitas udara buruk)
  • Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG)
  • Stres dan kecemasan berlebihan
  • Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan

Perbedaan asma pada anak dan orang dewasa terletak pada konsistensi gejalanya.

Pada orang dewasa, gejala biasanya lebih konsisten. Pengobatan harian biasanya diperlukan untuk terus mengontrol gejala dan serangan asma.

Sementara pada anak yang didiagnosis asma, gejala umumnya tidak teratur. Terkadang alergen dapat menyebabkan serangan asma, dan terkadang tidak.

Faktor risiko

Faktor apa saja yang meningkatkan risiko asma pada anak?

Melansir Mayo Clinic, penyebab asma pada anak belum diketahui secara pasti, tapi banyak pemicu dan faktor risiko yang membuat anak rentan kena asma, antara lain:

  • Memiliki infeksi pernapasan (pneumonia, bronkitis).
  • Memiliki alergi atopik tertentu (alergi makanan atau eksim).
  • Lahir dengan berat badan rendah.
  • Kelahiran prematur.
  • Orangtua menderita asma atau kondisi alergi lainnya, seperti eksim.
  • Orangtua perokok aktif 

Memiliki orangtua perokok membuat bayi berisiko 4 kali terkena asma, dibanding dengan bayi yang bebas dari udara asap rokok di rumahnya.

Gejala

Apa saja gejala asma pada anak?

Dikutip dari Mayo Clinic, saluran udara serta paru-paru menjadi lebih mudah meradang apabila terkena pemicu asma. 

Berikut beberapa tanda dan gejala asma pada anak:

1. Batuk

Bila anak sering batuk-batuk, Anda harus waspada. Sebab, batuk terus-terusan merupakan gejala asma pada anak yang paling umum.

Tak melulu batuk kering, batuk berdahak pun bisa jadi salah satu ciri asma. Biasanya batuk karena asma muncul saat anak sedang bermain, tertawa, menangis, atau tidur di malam hari.

Sebenarnya batuk merupakan reaksi alami ketika ingin mengeluarkan atau menyingkirkan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pembengkakan dan penyempitan yang terjadi di saluran pernapasan nyatanya juga bisa memicu kondisi serupa.

2. Sesak napas

Saluran udara yang meradang dan bengkak akibat terkena pemicu asma dapat menyebabkan anak susah bernapas.

Ia akan lebih mungkin untuk mengalami sesak napas atau napas megap-megap yang disertai dengan dada naik-turun tak beraturan saat asmanya kambuh.

Biasanya, gejala asma pada anak yang satu ini terjadi ketika mereka selesai melakukan aktivitas fisik yang berat. Aktivitas tersebut seperti berlarian ke sana kemari tanpa henti.

Meski begitu, terkena asap rokok, polusi udara, debu, bulu bintang, ataupun wewangian berbau tajam, juga bisa memicu gejala ini.

3. Mengi

Kalau batuk-batuk yang dialami anak juga disertai dengan mengi, orangtua harus hati-hati. Alasannya, mengi juga merupakan gejala asma pada anak yang paling khas.

Kondisi ini ditandai dengan keluarnya suara seperti siulan atau bunyi ‘ngik-ngik’ saat anak menghirup atau mengembuskan napas. Bunyi khas ini muncul karena udara dipaksa keluar melalui saluran pernapasan yang tersumbat atau menyempit.

Selain karena asma, sebetulnya mengi juga bisa tanda dari kondisi medis lainnya seperti bronkitis dan pneumonia.

4. Mengeluh dadanya sesak

Sesak di dada tidak selalu tanda dari penyakit jantung. Pasalnya, ada beberapa penyebab dada terasa sesak yang juga bisa menjadi gejala asma pada anak.

Batuk kronis dan mengi yang dialami saat gejala asma muncul dapat menyebabkan rasa tidak nyaman di dada.

Maka dari itu, bila anak mengeluh dadanya sesak atau sakit, Anda harus waspada. Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Postgraduate Medical Journal, gejala ini bisa terjadi sebelum atau selama serangan asma.

Selain yang sudah disebutkan, gejala asma pada bayi juga ditandai dengan:

  • Lubang hidungnya terlihat kembang-kempis.
  • Kelelahan. 
  • Sulit mengisap (ASI) atau makan.
  • Muka membiru atau tampak pucat, termasuk juga di bagian kukunya.

Bila menemukan salah satu atau beberapa gejala asma pada bayi dan sering muncul di malam hari, sebaiknya segera bawa si kecil ke dokter anak terdekat.

Kapan harus ke dokter?

Orangtua perlu memeriksakan anak ke dokter bila memiliki gejala berikut ini:

  • Mudah lelah saat bermain ditandai hilangnya minat pada mainan favoritnya.
  • Otot leher dan dada menegang.
  • Sering menguap dan menghela napas.
  • Napasnya memburu atau cepat.
  • Sering rewel di malam hari karena susah tidur.
  • Wajah tampak pucat.
  • Muncul gejala mirip pilek atau alergi seperti hidung meler atau tersumbat, bersin-bersin, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
  • Batuk yang konstan, tidak kunjung berhenti, dan berkaitan dengan aktivitas fisik.

Pada prinsipnya keparahan, frekuensi kambuh, serta durasi serangan asma pada tiap anak dapat berbeda-beda. 

Bila Anda menemukan salah satu atau beberapa gejala yang sudah disebutkan di atas, segera bawa si kecil ke dokter anak terdekat untuk memastikan penyebabnya.

Terlebih jika orangtua punya riwayat asma atau alergi sebelumnya. Hal ini dapat membuat anak lebih berisiko tinggi terkena asma.

Diagnosis asma pada anak mungkin akan sedikit menyulitkan, karena:

  • Gejala asma seperti mengi dan batuk sangat umum pada anak-anak, terutama pada anak di bawah 3 tahun
  • Tes fungsi paru dengan spirometri biasanya baru bekerja optimal pada anak-anak usia 2 tahun ke atas

Jadi dalam banyak kasus, dokter baru bisa mendiagnosis asma pada anak ketika mereka berusia 2 tahun ke atas.

Pengobatan dari dokter

Bagaimana cara mengobati asma pada anak?

Mengobati asma bisa dengan berbagai cara, mulai dari pengobatan dokter, obat tradisional, sampai cara alami dengan mengubah pola makan. 

Dokter akan membantu menuliskan rencana penanganan asma untuk orangtua baca dan pahami di rumah.

Rencana penanganan asma ini meliputi berbagai obat-obatan yang harus dikonsumsi, kapan dan bagaimana harus minum obat, dan instruksi lainnya yang dianjurkan dokter anak.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi asma pada anak.

Obat kontrol jangka panjang

Obat asma jangka panjang diperlukan untuk mencegah serangan asma kembali muncul. Obat ini bekerja efektif untuk mengurangi peradangan di saluran napas.

Dengan begitu risiko kambuhnya gejala asma juga dapat diminimalisir.

Pada umumnya, obat asma yang satu ini diberikan bagi seorang anak yang mengalami:

  • Serangan asma lebih dari 2 kali seminggu.
  • Gejala asma muncul di malam hari lebih dari 2 kali sebulan.
  • Sering dirawat di rumah sakit karena asma.
  • Membutuhkan lebih dari dua rangkaian obat steroid oral dalam setahun.

Beberapa jenis obat asma anak untuk jangka panjang yaitu, mengutip dari Healthy Children:

1. Kortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid inhalasi merupakan obat antiradang yang berbentuk semprotan atau bubuk untuk membantu anak bernapas lebih lega.

Selain sebagai obat asma, kortikosteroid inhalasi juga sering digunakan dalam pengobatan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter dan biasanya diberikan pada anak di bawah 5 tahun.

Sebagai contoh obat asma anak jenis ini adalah budesonide (Pulmicort®), fluticasone (Flovent®), dan beclomethasone (Qvar®).

Pada bayi dan anak kecil, kortikosteroid hirup mungkin akan diberikan melalui nebulizer  dengan masker wajah.

Dibanding inhaler, uap yang dihasilkan nebulizer sangat kecil, sehingga obat akan lebih cepat meresap ke bagian paru-paru yang ditargetkan.

2. Leukotriene modifiers

Obat asma untuk anak ini berfungsi untuk melawan leukotriene atau sel darah putih yang menghambat aliran udara di paru.

Sebagai contoh obat leukotriene modifiers adalah montelukast (Singulair®). Obat tersebut tersedia dalam bentuk tablet kunyah untuk anak usia 2-6 tahun, juga dalam bentuk obat puyer untuk anak di bawah 1 tahun.

Pilihan obat ini baru dipertimbangkan jika penggunaan kortikosteroid hisap tidak dapat mengontrol gejala asma.

Selain itu, obat ini tidak dapat diberikan secara monoterapi, harus dikombinasi dengan kortikosteroid hisap.

3. Long-acting beta 2 agonist

Long-acting beta 2 agonist adalah obat asma untuk anak yang termasuk ke dalam rangkaian pengobatan kortikosteroid.

Dikatakan long-acting karena efeknya yang bisa bertahan setidaknya hingga 12 jam. Salmeterol (Advair®) dan formoterol merupakan beberapa jenis obat asma long-acting beta 2 agonist yang paling sering diresepkan dokter.

Obat ini hanya bekerja untuk melegakan saluran udara, tidak mengobati peradangan di saluran udara. Untuk meredakan peradangannya, obat ini biasanya akan dikombinasikan dengan obat kortikosteroid hirup.

Dokter dapat menggabungkan obat fluticasone dengan salmeterol, budesonide dengan formeterol, serta fluticasone dengan fomoterol untuk mengobati asma.

Berbagai obat asma anak jangka panjang di atas harus diminum setiap hari untuk mencegah serangan asma datang tiba-tiba.

Obat kontrol jangka pendek

Selain obat-obatan jangka panjang, anak dengan asma juga butuh pengobatan jangka pendek. Pengobatan ini bertujuan untuk segera meredakan gejala asma akut begitu serangannya kambuh.

Berikut jenis obat asma untuk anak jangka pendek meliputi:

1. Bronkodilator

Gejala asma pada anak yang datang dan pergi bisa membaik jika diberi obat bronkodilator.

Bronkodilator adalah jenis obat yang berfungsi untuk membuka saluran bronkus (saluran yang menuju ke paru) supaya anak dapat bernapas lebih leluasa.

Bronkodilator sering disebut sebagai obat asma untuk jangka pendek. Maksudnya obat ini diberikan sebagai pertolongan pertama saat asma anak kambuh sewaktu-waktu.

Contoh obat bronkodilator di antaranya adalah albuterol dan levalbuterol. Obat-obatan ini bekerja efektif meredakan gejala asma selama 4-6 jam.

Minta si kecil untuk minum obat ini terlebih dahulu sebelum mulai berolahraga, supaya asma tidak kambuh dan mengganggu aktivitasnya.

Agar obat bisa lebih mudah dihirup, Anda juga dapat memasukkan obat-obatan tersebut ke dalam inhaler atau nebulizer yang lebih praktis.

2. Kortikosteroid oral atau cairan

Selain dihirup, obat kortikosteroid juga tersedia dalam bentuk tablet yang diminum langsung atau cairan yang disuntik ke pembuluh darah.

Prednisone dan methylprednisolone merupakan jenis obat kortikosteroid oral yang paling umum diresepkan dokter. Biasanya dokter akan meresepkan obat asma steroid oral hanya untuk 1-2 minggu saja.

Hal ini karena obat asma untuk anak ini berpotensi menyebabkan efek samping serius bila digunakan dalam jangka panjang.

Risiko efek sampingnya termasuk kenaikan berat badan, tekanan darah tinggi, mudah memar, otot-otot melemah, dan masih banyak lagi.

Obat alami

Obat asma alami untuk anak

Selain obat dari dokter, ada beberapa bahan alami yang dipercaya mampu mengatasi gejala asma.

Berikut berbagai obat asma alami untuk anak:

1. Kunyit

Kunyit memiliki sifat antialergi yang bekerja menghambat histamin, zat kimia dalam tubuh pemicu peradangan.

Hal ini oleh sebuah studi dalam Journal of Clinical and Diagnostic Research. Studi tersebut melaporkan, rutin minum suplemen kunyit selama sebulan dapat membantu melonggarkan jalur napas yang tersumbat.

Sayangnya, penelitian ini masih berupa skala kecil. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan manfaat dan risiko kunyit sebagai obat herbal untuk anak yang sakit asma.

2. Ginseng dan bawang putih

Bawang putih bersifat antiradang yang dipercaya para ahli mampu mengurangi peradangan pada saluran napas akibat asma.

Menariknya, studi terbaru mengungkapkan bahwa khasiat bawang putih untuk mengatasi asma semakin meningkat bila digabungkan dengan ginseng.

Simpulan ini didapat dari studi yang dilakukan oleh para peneliti dari fakultas kedokteran hewan,South Valley University di Mesir. 

Meski begitu, sampai saat ini belum ada penelitian yang bisa membuktikan bahwa kedua herbal ini manjur untuk pengobatan tradisional asma anak jangka panjang. 

3. Madu

Madu dipercaya bisa membantu meredakan gejala asma pada anak berkat kandungan antioksidannya yang berlimpah.

Penelitian UCLA menjelaskan bahwa antioksidan efektif untuk melawan peradangan dan meningkatkan kekebalan tubuh anak yang sakit asma. Para peneliti menyarankan untuk mengonsumsi 2 sendok teh madu sebelum tidur.

Manisnya madu dapat memicu kelenjar ludah untuk menghasilkan lebih banyak air liur yang akhirnya melumasi saluran udara sehingga dapat membantu meredakan batuk.

Madu juga dapat mengurangi peradangan di saluran bronkial (saluran udara di dalam paru-paru) dan membantu mengencerkan lendir yang membuat Anda sulit bernapas.

4. Jahe

Penelitian dalam Journal of Pharmaceutical Biology juga mengatakan bahwa jahe dapat membantu mengurangi respon alergi dengan menurunkan menurunkan kadar IgE dalam tubuh.

Seperti yang diketahui, penyakit asma memiliki hubungan yang erat dengan alergi. Ketika kadar IgE ini menurun, reaksi alergi yang muncul juga perlahan-lahan akan berkurang.

Jahe juga dilaporkan dapat membantu melemaskan otot-otot di dinding pernapasan yang menegang, seperti yang terdapat pada beberapa obat asma.

Tak heran bila jahe dapat dijadikan pengobatan pilihan untuk meredakan gejala asma pada anak.

Namun yang perlu diingat, bahan herbal tidak selalu aman untuk anak-anak. Ada baiknya berkonsultasi terlebih dulu ke dokter sebelum mencoba ramuan herbal jenis apa pun sebagai alternatif.

Efek samping pengobatan

Adakah efek samping dari pengobatan asma pada anak?

Pastikan memberikan obat sesuai petunjuk dokter. Hindari menghentikan penggunaan obat terlalu cepat, mengurangi dosis dari yang disarankan, atau beralih ke obat-obatan dan perawatan lainnya tanpa mendiskusikan dengan dokter.

Pada beberapa anak, obat mungkin diberikan pada saat yang bersamaan untuk mengendalikan asma. Kemudian jumlah obat akan dikurangi jika gejala asma sudah terkendali.

Sementara itu, dalam beberapa kasus, asma pada anak kadang tidak mengalami kemajuan sedikit pun bahkan ketika mereka menggunakan obat.

Jika hal ini terjadi, kemungkinan mereka mengidap kondisi medis lainya sehingga mengganggu pengobatan.

Dokter anak akan memeriksa anak dan masalah yang memperparah asmanya, seperti rhinitis alergi, infeksi sinus, dan asam lambung (GERD).