Saking asyiknya mendengarkan musik, Anda kerap lupa mengenai bahaya menggunakan headset. Anda mungkin sudah yakin bahwa headset yang Anda gunakan benar-benar sehat dan aman bagi telinga. Sayangnya, sebaik, sebagus, dan seaman apapun kualitas yang dijamin produsen headset yang Anda beli, sampai saat ini belum ada satu pun headset yang bisa menjamin Anda bebas dari penyakit telinga.
Sudah tahukah Anda apa saja bahaya di balik penggunaan headset? Simak penjelasannya berikut ini.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa mendengarkan musik yang terlalu besar akan membuat Anda kehilangan pendengaran.
WHO juga melaporkan bahwa lebih dari 1,1 juta orang berusia 12-35 tahun berisiko kehilangan pendengaran (tuli) karena hal ini.
Headset menghasilkan gelombang suara yang sampai ke telinga kita sehingga membuat gendang telinga bergetar.
Getaran ini kemudian menyebar ke telinga bagian dalam melalui tulang-tulang kecil dan mencapai koklea (rumah siput).
Ketika sampai di koklea, getaran tersebut membuat rambut di sekitarnya ikut bergerak. Semakin kuat getarannya, semakin banyak rambut yang bergerak.
Paparan musik keras yang terus menerus dan dalam jangka panjang dapat membuat sel-sel rambut kehilangan kepekaan terhadap getaran. Sel-sel rambut mungkin bisa pulih, tetapi bisa juga tidak.
Meskipun dapat pulih, telinga mungkin tidak lagi berfungsi secara normal sehingga menyebabkan gangguan pendengaran atau tuli permanen.
Kondisi ini hampir tidak mungkin dipulihkan.
Itu sebabnya, Anda perlu mengetahui tentang bahaya headset untuk kesehatan telinga dan pendengaran Anda.
Berikut berbagai bahaya yang mungkin mengintai Anda ketika mengenakan headset.
Bahaya berupa NIHL (noise-induced hearing loss) atau tuli akibat kebisingan dapat terjadi tidak hanya karena volume suara di headset Anda terlalu keras, tetapi juga seberapa lama atau sering Anda menggunakannya.
Penelitian yang dipublikasikan oleh Noise & Health menemukan bahwa 10% dari 280 remaja yang diteliti memiliki kebiasaan mendengarkan musik melalui headset dalam waktu yang lama, bahkan saat tidur.
Kebiasaan yang dilakukan ini membuat seseorang lebih berisiko terkena NIHL di kemudian hari.
Sel-sel rambut koklea yang rusak dapat menyebabkan suara berdenging, berdengung, atau menderu di telinga maupun kepala Anda. Kondisi ini disebut dengan tinnitus.
Hasil penelitian yang dipublikasikan Noise & Health menunjukkan bahwa remaja yang mendengarkan musik lebih dari 3 jam dengan menggunakan headset lebih sering mengalami tinnitus.
Situs Columbia Asia Hospital India menyebutkan bahwa 50% orang yang menderita tinnitus cenderung mengembangkan kepekaan tinggi terhadap suara di lingkungan yang normal.
Kondisi ini disebut dengan hiperakusis.
Seperti yang telah disebutkan, menggunakan headset untuk mendengarkan musik dengan keras dan dalam waktu yang lama dapat membuat sel-sel rambut lebih sensitif.
Ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau permanen.
Bahaya lain yang dapat ditimbulkan akibat pemakaian headset adalah infeksi telinga. Ini karena headset yang ditempatkan langsung ke dalam liang telinga menghalangi aliran udara.
Di samping infeksi telinga, pemakaian headset juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri. Kuman ini mungkin tertinggal di headset dan akan menginfeksi penggunanya.
Risiko tersebut semakin parah ketika Anda meminjamkan headset Anda ke orang lain.
Peningkatan tekanan di saluran telinga akibat suara keras juga dapat menyebabkan pusing. Itu sebabnya, kadang Anda mungkin pernah merasakan pusing setelah cukup lama menggunakan headset.
Penggunaan headset dalam waktu yang lama bisa menimbulkan bahaya lain, yaitu penumpukkan kotoran telinga.
Jika kotoran telinga sudah menumpuk atau dikenal dengan nama serumen prop, Anda mungkin akan merasakan kondisi lain, seperti tinnitus, kesulitan mendengar, sakit telinga, dan infeksi telinga.
Penggunaan headset dalam waktu yang lama dan tidak pas saat dipakai dapat menyebabkan sakit. Rasa sakit ini sering kali meluas ke telinga bagian dalam sehingga menyebabkan nyeri di sekitar telinga.
Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan headphone dapat mengakibatkan masalah pada otak dalam jangka panjang. Infeksi telinga juga dapat memengaruhi otak.
Anda dapat menghindari bahaya penggunaan headset dengan melakukan langkah sederhana seperti mengubah kebiasaan Anda.
Berikut cara yang bisa Anda lakukan agar bahaya pakai headset bisa diatasi.
WHO mengatakan ada dua cara untuk mengurangi bahaya kehilangan pendengaran ketika menggunakan headset.
Atur volume headset Anda hingga tidak lebih kencang dari 70%. Selain itu, Anda dapat melakukan aturan 60/60 selama pakai headset.
Artinya, Anda mendengarkan 60% volume selama 60 menit, kemudian istirahat selama 30 menit atau lebih untuk memulihkan telinga dan pendengaran Anda.
Hindari menggunakan headset saat tidur karena bisa menimbulkan bahaya.
Earbud bisa menghasilkan volume lebih keras hingga 9 desibel daripada headset. Alat ini bisa membantu mengurangi waktu mendengarkan aman Anda dari dua jam menjadi 15 menit.
Pastikan juga Anda memilih headset yang baik dan paling sesuai dengan kenyamanan telinga Anda.
Sebaiknya pilihlah headset yang dapat menyaring kebisingan dari lingkungan. Ini penting jika Anda suka mendengarkan musik di lingkungan yang bising, seperti jalan raya.
Pasalnya, Anda mungkin sering menambahkan volumenya tanpa sadar untuk mendengarkan dengan lebih jelas.
Pastikan untuk membersihkan headset Anda sekali seminggu, terutama setelah terkena keringat atau digunakan orang lain.
Gunakan bola kapas yang dibasahi dengan alkohol, kemudian bersihkan kotoran yang tersisa. Tak kalah penting, jaga juga kebersihkan telinga Anda bila hobi pakai headset.
Pastikan headset Anda terpasang dengan tepat, yaitu pas dan tidak terlalu kencang.
Jika telinga Anda terasa tidak nyaman atau sakit, berarti posisi headset belum tepat. Segera longgarkan atau gunakan headset jenis lain.
Sebaiknya hindari pakai headset ketika berjalan, bermain sepeda, atau menyetir jika Anda tak ingin mengalami bahaya. Namun, jika sangat butuh pakai headset, Anda dapat mengenakannya pada satu telinga saja.
Pilihan lainnya, Anda dapat menggunakan headset konduksi tulang yang diletakkan di belakang telinga.
Dengan alat ini, Anda dapat mendengarkan musik dan tetap waspada pada semua yang ada di sekitar Anda.