Anda mungkin lebih sering mendengar seputar kasus kanker payudara dan kanker serviks di media massa. Tapi tahukah Anda bahwa jumlah penderita kanker leher dan kepala di Indonesia mencapai 32 ribu jiwa per tahunnya? Namun informasi yang terkait dengan kanker leher dan kepala yang menduduki peringkat ketiga ini justru masih sangat terbatas. Laki-laki dewasa berisiko dua kali lipat untuk mengalami jenis kanker ini daripada perempuan. Kenapa, ya?
Kanker leher dan kepala adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah tumor ganas yang berbeda yang berkembang di sekitar jaringan dan organ kepala serta leher. Ini termasuk kanker laring (pita suara), tenggorokan, bibir, mulut, hidung, sinus, dan kelenjar ludah.
Sebagian besar kanker leher dan kepala bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi permukaan lembap pada organ kepala dan leher — misalnya, pipi dalam mulut, dinding dalam hidung, dan bagian dalam tenggorokan. Kelenjar ludah itu sendiri memiliki beragam jenis sel berbeda yang bisa berubah menjadi kanker, sehingga ada banyak lagi jenis kanker kelenjar ludah yang berbeda.
Yang perlu dipahami, sel kanker bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel kanker di kepala atau leher terkadang bisa berjalan ke paru-paru dan tumbuh di sana. Saat sel kanker melakukannya, hal ini disebut metastasis. Struktur sel kanker di tempat baru akan terlihat sama seperti kanker di tempat asalnya, yang berasal dari kepala atau leher di mana ia mulai.
Jadi ketika kanker kepala dan leher menyebar ke paru-paru (atau tempat lain), itu tetap disebut kanker leher dan kepala. Ini tidak disebut kanker paru-paru kecuali jika dimulai dari sel-sel di paru-paru.
Gejala kanker kepala dan leher yang paling umum adalah benjolan atau rasa sakit yang tidak sembuh, sakit tenggorokan yang tidak hilang, sulit menelan, dan ada perubahan dalam suara atau suara serak.
Gejala kanker leher dan kepala yang mungkin lebih spesifik adalah sebagai berikut:
Seringnya beberapa dari gejala ini mungkin juga disebabkan oleh kondisi selain kanker yang kurang serius. Penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala-gejala ini. Untuk diagnosis kanker kepala dan leher, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes diagnostik. Anda akan menjalani biopsi, di mana sampel jaringan diambil dan diperiksa di bawah mikroskop. Ini adalah satu-satunya tes yang bisa memberi tahu pasti apakah Anda menderita kanker.
Kanker kepala dan leher dua kali lebih umum terjadi pada laki-laki dewasa. Kanker kepala dan leher juga lebih sering didiagnosis di antara orang-orang berusia 50 tahun ke atas daripada di antara anak muda.
Menggunakan tembakau adalah faktor risiko terbesar untuk kanker leher dan kepala. Sekitar 75-85 persen kasus kanker kepala dan leher dikaitkan dengan penggunaan tembakau, termasuk merokok linting, cerutu, atau pipa; tembakau kunyah; juga rokok elektronik. Jumlah penggunaan tembakau dapat memengaruhi prognosis, yang merupakan kesempatan pemulihan. Selain itu, asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif dapat meningkatkan risiko mereka untuk juga terkena kanker kepala dan leher.
Konsumsi alkohol yang sering dan berat menjadi faktor risiko selanjutnya yang berperan dalam tingginya peluang Anda terkena kanker leher dan kepala, terutama di mulut, faring, laring, dan kerongkongan. Menggunakan alkohol dan tembakau secara bersamaan bahkan lebih meningkatkan risiko ini hingga berlipat ganda. Di sisi lain, infeksi HPV merupakan faktor risiko khusus bagi beberapa kanker kepala dan leher.
Faktor risiko lainnya dari kanker leher dan kepala termasuk makanan yang diawetkan dan makanan yang diasinkan (ikan asin dan telur asin, misalnya) selama masa kanak-kanak, kebersihan mulut dan gigi yang buruk, serta paparan radiasi ke area kepala dan leher dari pemeriksaan kesehatan non-kanker.
Meski faktor risiko sering memengaruhi perkembangan kanker, kebanyakan tidak secara langsung menyebabkan kanker. Beberapa orang yang memiliki sejumlah faktor risiko tidak pernah memiliki penyakit ini, sementara lainnya yang tidak diketahui faktor risikonya justru mengembangkan kanker ini.
Tidak ada cara yang terbukti untuk benar-benar mencegah kanker, termasuk kanker leher dan kepala. Akan tetapi, orang yang berisiko terkena kanker kepala dan leher — terutama mereka yang menggunakan tembakau — harus berdiskusi dengan dokter mereka tentang cara-cara yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risikonya.
Salah satunya adalah dengan menghentikan kebiasaan merokok dan/atau penggunaan semua produk tembakau. Ini adalah langkah awal yang paling penting sebagai upaya penekanan risiko Anda terhadap kanker leher dan kepala, bahkan untuk orang-orang yang telah merokok selama bertahun-tahun. Langkah lain yang bisa mengurangi risiko kanker kepala dan leher meliputi: