Apabila mempunyai gigi yang sensitif, menikmati hidangan favorit dapat menimbulkan ngilu yang timbul dalam sekejap. Menjengkelkan, bukan? Oleh karena itu, mari kenali penyebab gigi sensitif. Dimulai dari menggemeretakkan gigi sampai jarang mengganti sikat gigi bisa picu gigi sensitif. Temukan juga cara mengatasi dan mencegah gigi sensitif yang efektif.
Banyak faktor yang menyebabkan Anda tidak dapat menikmati hidangan kesukaan karena gigi sensitif. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada lapisan pelindung alias email gigi membuatnya tak mampu melindungi jaringan di bawah gigi, seperti dentin dan akar gigi.
Akar gigi juga dapat terekspos apabila kesehatan gusi menurun, seperti gusi turun atau resesi gingiva. Gusi yang menurun membuat akar gigi terpapar sehingga bereaksi terhadap hal-hal yang ada di dalam mulut, seperti makanan dingin dan panas.
Selain itu, penyebab lainnya adalah:
Tak hanya itu, jarang ganti sikat gigi juga termasuk salah satu faktor yang bisa picu gigi sensitif.
Sikat gigi yang masih baru tentu memiliki bulu sikat yang masih bagus. Sedangkan, bulu sikat gigi yang telah digunakan secara perlahan akan terurai tidak beraturan.
Umumnya, ujung bulu sikat gigi akan terurai sembarangan setelah 3 bulan digunakan dan dapat lebih cepat jika Anda menggosok gigi terlalu keras. Lantas, bagaimana bisa jarang mengganti sikat gigi menyebabkan gigi sensitif?
Jarang ganti sikat gigi bisa picu gigi sensitif karena ujung bulu sikatnya telah berubah tidak beraturan. Menurut Persatuan Dokter Gigi Amerika Serikat (ADA), sikat gigi yang sudah lama tidak diganti tak mampu membersihkan gigi dengan baik.
Saat gigi tidak dibersihkan dengan baik, plak dapat terbentuk. Penumpukan plak pada gigi dapat memicu masalah pada gigi, seperti lubang pada gigi dan karies gigi. Alhasil, gigi menjadi sensitif.
Selanjutnya, bulu sikat yang sudah tak layak pakai membahayakan kesehatan gusi. Bersumber dari kajian yang sama, menggosok gigi menggunakan sikat gigi dengan ujung bulu sikat yang telah rusak dapat menyebabkan iritasi pada gusi.
Masalah pada gusi dapat menyebabkan akar gigi terekspos yang secara langsung bisa berkontribusi terhadap ngilu yang timbul akibat gigi sensitif.
Sederhananya, menyikat gigi dengan sikat gigi yang sudah lama tidak diganti membuat hasil sikat gigi tidak optimal. Hal ini cenderung menyebabkan iritasi pada gusi dan terbentuknya plak, karena bulu sikat yang sudah rusak tidak mampu membersihkan sisa makanan dan minuman dengan baik. Oleh karena itu, jarang ganti sikat gigi dapat picu gigi sensitif.
Gigi sensitif terjadi karena beberapa hal, seperti jarang ganti sikat gigi dapat picu gigi sensitif. Namun, tak perlu khawatir karena kondisi ini dapat diatasi dan dicegah. Caranya dengan:
Hal yang terpenting adalah menggunakan pasta gigi khusus saat gejala akibat gigi sensitif timbul, seperti dimuat dari Mayo Clinic. Hasil studi yang berjudul Evaluation of the clinical efficacy of potassium nitrate desensitizing mouthwash and a toothpaste in the treatment of dentinal hypersensitivity juga menyatakan, pasta gigi sensitif berbahan potassium nitrate terbukti efektif mengurangi ngilu akibat gigi sensitif.
Setelah ngilu reda, pasta gigi khusus gigi sensitif juga tetap dapat digunakan sebagai pasta gigi harian karena sebuah studi membuktikan kemanjurannya dalam menutup saluran dentin. Dengan begitu, jaringan di bawah gigi tidak terpapar pemicu gigi sensitif, seperti dingin atau panas dari minuman.
Kandungan pelengkap pada pasta gigi sensitif juga membuat Anda tidak kehilangan manfaat tambahan dari pasta gigi pada umumnya. Contohnya, pasta gigi sensitif dengan ekstrak daun mint membantu melindungi gigi sensitif sekaligus menjaga kesegaran napas. Kandungan potassium nitrate berfungsi untuk meredakan nyeri atau ngilu akibat gigi sensitif. Sementara ekstrak daun mint menjaga kesegaran napas untuk menjalani hari.
Setelah melakukan cara mengatasi dan mencegah gigi sensitif, jangan lupa untuk periksa gigi rutin ke dokter gigi untuk mengevaluasi kesehatan mulut Anda secara berkala.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.