Anda mungkin pernah mengalaminya. Ketika Anda diserang rasa panik, mendadak Anda bernapas lebih cepat dan dalam. Udara yang masuk ke paru-paru Anda terasa seperti lebih banyak dari biasanya, dan Anda tak dapat menghentikannya. Inilah yang dinamakan hiperventilasi atau napas berlebihan. Apakah ini berbahaya?
Pernapasan yang sehat biasanya merupakan keseimbangan antara menghirup oksigen dan karbon dioksida.
Hiperventilasi adalah kondisi saat Anda Anda mungkin akan lebih banyak mengeluarkan karbon dioksida daripada menghirupnya.
Karbon dioksida dalam tubuh pun berkurang. Level rendah tersebut memicu penyempitan pembuluh darah yang memasok darah ke otak.
Ketika hal itu terjadi, maka Anda akan merasa ‘melayang’ dan kesemutan pada jari. Bahkan kasus hiperventilasi yang parah dapat menyebabkan kehilangan kesadaran alias pingsan.
Bernapas berlebihan, atau hiperventilasi bisa dibilang sebagai bentuk dari serangan panik. Meskipun kasus ini terbilang jarang, siapa pun tetap dapat mengalaminya.
Kondisi hiperventilasi biasanya dipicu oleh rasa panik yang muncul akibat takut, stres, atau phobia. Bagi beberapa orang, kondisi ini menjadi respon atas ekspresi emosional mereka.
Jika kemunculannya sering, mungkin Anda mengidap sindrom hiperventilasi. Penyebab lainnya dapat berupa:
Selain itu, hiperventilasi juga bisa disebabkan oleh asma maupun kondisi setelah mengalami cedera kepala. Anda juga bisa mengalami napas berlebihan, saat Anda pergi ke tempat yang tingginya lebih dari 6000 kaki.
Gejala dari hiperventilasi ini kemungkinan bertahan selama 20 hingga 30 menit. Gejala tersebut adalah:
Anda mungkin tidak menyadari bahwa Anda terkena hiperventilasi, sebab kemunculan gejala tidaklah terlalu sering dan umum dirasakan. Berikut ini beberapa gejalanya:
Hal yang perlu Anda ingat adalah bahwa hiperventilasi merupakan suatu kondisi, bukan penyakit. Namun, jika gejala tersebut datang berulang-ulang, Anda harus memeriksakannya pada dokter, sebab bisa saja itu pertanda dari sindrom hiperventilasi.
Pengobatan yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyebabnya, contohnya ketika Anda mengalami napas berlebihan karena stres, maka yang harus diobati adalah stres tersebut. Dokter juga akan melihat terlebih dahulu apakah gejala tersebut levelnya sedang atau parah.
Begitu juga dengan waktu kemunculannya, apakah sudah mengganggu aktivitas harian Anda, atau masih dapat ditolerir.
Berikut ini beberapa pengobatan yang direkomendasikan:
Untungnya, Anda dapat mencoba beberapa teknik berikut ini di rumah untuk mengatasi hiperventilasi yang akut, seperti:
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, jika kecemasan atau stres adalah pemicunya, Anda mungkin juga membutuhkan bantuan psikolog.
Mereka akan mengerti yang mendasari kecemasan dan stres Anda, sehingga bisa menyembuhkan akar permasalahannya. Sebagai langkah awal, Anda bisa mencoba meditasi.
Wah, siapa yang menyangka pengobatan tradisional ini dianggap efektif untuk mengatasi sindrom hiperventilasi? Sebuah penelitian yang pada NCBI, menyimpulkan bahwa akupuntur memiliki manfaat untuk mengurangi sindrom hiperventilasi dan kecemasan.
Dokter akan meresepkan obat, tergantung pada tingkat keparahannya.
Cara mudah untuk mencegah napas berlebihan adalah dengan latihan teknik pernapasan serta relaksasi, latihan tersebut dapat berupa meditasi. Olahraga teratur, seperti berlari, bersepeda, juga dapat mencegah Anda memiliki napas pendek
Sulit memang, untuk tetap tenang dalam keadaan tertentu yang mendesak dan membuat panik, namun Anda harus mengingatkan diri sendiri setiap gejala hiperventilasi tersebut muncul.
Lama-lama, otak Anda akan menjadi otomatis mengirim sinyal tenang setiap kali ada keadaan terdesak.