
Respiratory syncytial virus atau RSV adalah jenis virus yang menginfeksi saluran pernapasan. Umumnya, virus ini hanya menyebabkan batuk pilek biasa. Namun, pada orang-orang tertentu, infeksi RSV dapat menimbulkan gejala berat yang perlu ditangani oleh dokter sesegera mungkin.
RSV merupakan penyebab infeksi saluran pernapasan akut terbanyak pada bayi usia di bawah 2 tahun. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi, tetapi juga dapat menyerang orang dewasa. Di Indonesia, infeksi RSV bisa terjadi sepanjang tahun. Biasanya, kejadian akibat infeksi virus ini meningkat pada musim hujan.
RSV bisa masuk ke tubuh melalui mata, hidung, atau mulut. Penularan RSV dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
Seseorang akan lebih berisiko terinfeksi RSV jika ia berada di sekitar penderita penyakit ini, terutama di tempat yang ramai, seperti kelas atau tempat penitipan anak. Selain itu, kondisi ini lebih sering terjadi pada musim hujan.
Umumnya, infeksi RSV hanya menimbulkan gejala ringan. Namun, beberapa orang dengan kondisi di bawah ini lebih berisiko mengalami infeksi RSV yang berat:
Gejala infeksi RSV umumnya muncul 2–8 hari setelah penularan terjadi. Pada orang dewasa dan anak-anak, gejalanya bisa berupa:
Seperti yang disebutkan sebelumnya, infeksi RSV dapat menimbulkan gejala yang lebih parah pada orang dengan kondisi atau penyakit tertentu. Dalam hal ini, RSV bisa menyebar ke saluran pernapasan bawah, serta menyebabkan bronkiolitis dan pneumonia.
Gejala berat yang dapat terjadi antara lain:
Pada bayi, gejala yang muncul awalnya mungkin tidak terlalu jelas. Namun, bayi biasanya akan lebih rewel dari biasanya, menyusu lebih sedikit, tidak nafsu makan, atau menjadi tidak aktif. Bayi juga bisa mengalami demam dan batuk.
infeksi RSV yang berat lebih berisiko terjadi pada bayi, dengan gejala seperti di bawah ini:
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda atau anak Anda mengalami batuk pilek yang memberat atau tidak kunjung membaik setelah 1 minggu. Segera ke IGD atau dokter terdekat jika terjadi kondisi berikut:
Infeksi respiratory syncytial virus dapat didiagnosis lewat gejala, riwayat kesehatan pasien, dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan semua hal tentang keluhan yang sedang dialami dan kondisi lain yang berhubungan dengan kondisi ini.
Selanjutnya, dokter akan melakukan tes fisik menyuluruh, termasuk pemeriksaan pada dada menggunakan stetoskop untuk mendengar suara napas. Pada kasus yang berat, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
Pada kebanyakan kasus, infeksi RSV dapat sembuh dalam 1–2 minggu dengan istirahat yang cukup tanpa penanganan khusus. Namun, untuk mengatasi demam dan sakit kepala yang mungkin mengganggu selama masa pemulihan, dokter bisa memberikan obat seperti paracetamol.
Perawatan mandiri di bawah ini juga bisa dilakukan untuk membantu penyembuhan:
Jika infeksi RSV menyebabkan gejala berat, pasien akan dirawat di rumah sakit. Penanganan yang diberikan dokter antara lain:
Komplikasi Respiratory Syncytial Virus
Infeksi RSV dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang lebih parah, terutama pada bayi, balita, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah atau gangguan pernapasan. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
Orang yang pernah menderita infeksi RSV, baik dewasa maupun anak-anak, tidak menjadi kebal terhadap penyakit ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan agar Anda atau anak Anda tidak tertular virus ini, terutama selama musim batuk pilek atau orang di sekitar sedang sakit.
Infeksi RSV bisa dicegah dengan upaya-upaya berikut:
Jika Anda sedang terkena infeksi virus ini dan mengalami batuk pilek, ada pula hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi ini menyebar. Hal ini penting terutama jika Anda tinggal dengan bayi atau orang yang berisiko mengalami infeksi RSV berat.
Upaya yang bisa dilakukan antara lain: