
Kanker nasofaring cukup sulit untuk dideteksi, karena gejalanya sering kali baru muncul ketika sudah pada tahap lanjut. Untuk mengatasinya, dokter dapat melakukan terapi radiasi dan kemoterapi, atau kombinasi keduanya.
Penyebab pasti kanker nasofaring (karsinoma nasofaring) masih belum diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV) di dalam sel nasofaring. Akibatnya, sel yang telah terinfeksi virus ini mengalami pertumbuhan yang tidak normal.
Virus EBV umumnya ada di dalam air liur dan dapat menular melalui kontak langsung dengan orang lain atau benda yang terkontaminasi. EBV sendiri merupakan penyebab beberapa penyakit, seperti mononukleosis. Namun, pada banyak kasus, EBV tidak menyebabkan infeksi berkepanjangan.
Selain EBV, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker nasofaring, yaitu:
Pada stadium awal, kanker nasofaring mungkin tidak menimbulkan gejala. Keluhan sering kali mulai muncul ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.
Tanda dan gejala kanker nasofaring yang umum terjadi adalah:
Beberapa keluhan di atas mirip dengan keluhan pada penyakit lain yang lebih ringan. Namun, jika gejala tersebut berlangsung lama hingga mengganggu aktivitas, segera periksakan diri ke dokter, terutama jika terdapat faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terserang kanker nasofaring.
Diagnosis kanker nasofaring diawali dengan tanya jawab terkait gejala yang dialami, riwayat kesehatan pasien dan keluarga, serta gaya hidup pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, antara lain:
Kanker nasofaring dapat menimbulkan benjolan di leher. Benjolan tersebut biasanya merupakan tanda bahwa kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening. Maka dari itu, dokter THT akan memulai diagnosis dengan menekan beberapa bagian di leher, untuk mendeteksi keberadaan benjolan.
Nasofaringoskopi atau nasoendoskopi adalah prosedur untuk melihat bagian dalam nasofaring dengan menggunakan metode endoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan bantuan alat khusus bernama nasofaringoskop.
Nasofaringoskop adalah selang kecil berkamera yang dimasukkan ke dalam nasofaring melalui hidung. Kamera pada nasofaringoskop akan mengirimkan gambar ke monitor sehingga dokter dapat mengamati kondisi nasofaring.
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel dari benjolan di nasofaring untuk diperiksa di bawah mikroskop. Pengambilan sampel ini juga biasanya dengan menggunakan nasoendoskopi.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan berikut untuk mengetahui tingkat keparahan kanker nasofaring:
Jika hasil pemeriksaan menunjukkan pasien positif menderita kanker nasofaring, dokter akan menentukan stadium kanker nasofaring. Tujuannya adalah untuk menentukan metode pengobatan yang akan diberikan.
Kanker nasofaring terbagi dalam 4 stadium, yaitu:
Pengobatan kanker nasofaring akan disesuaikan dengan riwayat penyakit, stadium kanker, letak kanker, dan kondisi pasien. Beberapa metode yang dapat dilakukan oleh dokter, yaitu:
Radioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker nasofaring stadium awal. Prosedur ini bertujuan untuk membunuh dan menghentikan pertumbuhan sel kanker menggunakan sinar berenergi tinggi.
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi ini biasanya ditunjang dengan radioterapi atau imunoterapi agar pengobatan dapat lebih efektif.
Karena nasofaring dekat dengan banyak pembuluh darah dan saraf, operasi untuk mengatasi kanker nasofaring jarang dilakukan. Metode ini lebih sering dilakukan untuk mengangkat kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening di leher.
Imunoterapi adalah pemberian obat yang merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel kanker. Jenis obat imunoterapi yang dapat diresepkan oleh dokter antara lain pembrolizumab atau cetuximab.
Selain metode pengobatan di atas, dokter juga dapat memberikan perawatan paliatif, yaitu tindakan untuk mencegah atau mengatasi gejala maupun efek samping pengobatan.
Salah satu obat yang biasanya diberikan adalah obat pereda nyeri, seperti tramadol, sehingga rasa sakit akibat kanker tidak mengganggu kesehariannya. Perawatan paliatif dapat diberikan bersamaan dengan metode lain untuk mengatasi kanker nasofaring.
Perlu diketahui bahwa tingkat kesembuhan kanker nasofaring tergantung pada stadium kanker yang diderita dan kondisi kesehatan pasien.
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker nasofaring dapat berbeda-beda pada setiap pasien. Jika ukurannya makin besar, kanker nasofaring dapat menekan organ lain di dekatnya, seperti saraf, tenggorokan, hingga otak.
Apabila kanker atau kelenjar getah bening yang terkena kanker menekan saraf, pasien dapat merasakan nyeri menjalar yang sangat mengganggu. Kanker nasofaring juga bisa memicu penggumpalan darah di otak yang dapat menyebabkan komplikasi seperti stroke atau stroke-like syndrome (SLS).
Kanker nasofaring bisa menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar leher. Namun, tidak tertutup kemungkinan kanker nasofaring juga menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti tulang, paru-paru, dan hati.
Belum ada cara untuk mencegah kanker nasofaring. Namun, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kanker nasofaring, antara lain: