
Gangguan pernapasan adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan bernapas, dada terasa seperti diikat, atau leher terasa seperti tercekik. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, misalnya penyakit saluran pernapasan, atau gangguan pada organ lain, seperti jantung atau ginjal.
Berdasarkan letaknya, saluran pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan atas dan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari rongga hidung, sinus, dan tenggorokan bagian atas (faring). Sementara saluran pernapasan bawah meliputi tenggorokan bagian tengah dan bawah (trakea), bronkus, dan paru-paru.
Pada kondisi tertentu, saluran pernapasan bisa terganggu dan menimbulkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Akibatnya, fungsi paru-paru dalam mengelola oksigen dan karbondioksida bisa terganggu.
Jika gangguan pernapasan berat tidak segera ditangani, gangguan tersebut dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan berakibat fatal.
Gangguan pernapasan disebabkan oleh penyakit yang menyerang saluran pernapasan, antara lain:
Selain beberapa penyakit di atas, ada gangguan pernapasan yang lebih sering terjadi pada anak-anak, yaitu bronkiolitis dan bronkopneumonia. Bronkiolitis adalah peradangan di cabang bronkus terkecil (bronkiolus) yang disebabkan oleh infeksi respiratory syncytial virus (RSV), virus influenza, atau rhinovirus.
Sementara itu, bronkopneumonia adalah peradangan pada pipa saluran pernapasan (bronkus) dan kantung-kantung kecil di paru-paru (alveoli). Bronkopneumonia merupakan salah satu penyebab gangguan pernapasan tersering pada anak usia di bawah 2 tahun.
Gangguan pernapasan juga dapat terjadi akibat penyakit pada organ lain atau kondisi medis tertentu, di antaranya:
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan pernapasan, yaitu:
Gejala utama gangguan pernapasan adalah sesak napas atau napas terengah-engah. Selain itu, penderita gangguan pernapasan juga dapat mengalami gejala berikut:
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Pemeriksaan dan penanganan juga perlu segera dilakukan jika muncul gejala yang lebih serius, seperti:
Segera bawa bayi atau anak Anda ke dokter jika ia mengalami gangguan pernapasan dengan gejala berikut:
Pasien gangguan pernapasan berat perlu segera diobati. Dokter akan memasang alat bantu pernapasan dan oksigen, serta memberikan cairan infus terlebih dahulu. Jika diperlukan, dokter akan meresepkan obat pelega pernapasan (bronkodilator) dalam bentuk suntik.
Bila kondisi pasien telah stabil, dokter akan bertanya seputar keluhan yang dialami pasien dan riwayat penyakitnya, kemudian melakukan pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa rongga mulut dan tenggorokan.
Selanjutnya, untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi:
Pengobatan gangguan pernapasan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Sebagai contoh, untuk mengatasi gangguan pernapasan akibat asma, dokter dapat memberikan salbutamol dan kortikosteroid dalam bentuk hirup (inhaler) atau tablet.
Sementara itu, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter dapat memberikan antibiotik. Pasien juga akan diberikan obat batuk untuk meredakan batuk dan mengencerkan dahak sehingga dapat beristirahat guna mempercepat proses pemulihan.
Pada pasien gangguan pernapasan akibat gagal jantung, dokter akan meresepkan obat diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan. Dokter juga akan memberikan obat penurun tekanan darah dan digoxin untuk memperbaiki kerja jantung.
Untuk mengatasi gangguan pernapasan pada pasien gagal ginjal kronis, dokter akan menyarankan prosedur cuci darah. Hal ini karena gagal ginjal kronis sering menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru sehingga mengakibatkan gangguan pernapasan.
Sebagai pengobatan lanjutan, dokter dapat menyarankan terapi rehabilitasi paru-paru (chest physiotherapy) untuk memulihkan kondisi pasien.
Gangguan pernapasan juga bisa terjadi akibat serangan panik dan gangguan cemas. Untuk mengatasi kondisi tersebut, pasien akan disarankan untuk menjalani terapi perilaku kognitif.
Komplikasi gangguan pernapasan dapat bervariasi, tergantung pada penyebabnya, antara lain:
Untuk mencegah terjadinya gangguan pernapasan, beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:
Jika Anda menderita penyakit paru, jantung, atau ginjal yang kronis, jalani pengobatan dan lakukan kontrol rutin untuk mengurangi risiko timbulnya gangguan pernapasan.