
Gigi sensitif adalah rasa ngilu, nyeri, atau tidak nyaman pada gigi. Sensasi pada gigi sensitif ini biasanya muncul ketika menyikat gigi atau ketika gigi terpapar suhu dingin atau panas. Gigi sensitif dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman manis, asam, atau terlalu panas maupun dingin.
Gigi sensitif dapat terjadi pada salah satu, beberapa, atau bahkan semua gigi. Nyeri dan ngilu pada gigi sensitif dapat terasa ringan hingga berat. Keluhan tersebut dapat terjadi sementara atau hilang timbul dalam waktu yang lama.
Gigi memiliki beberapa lapisan, yaitu lapisan terluar (email gigi), tengah (dentin), dan dalam (saluran akar gigi). Dentin sensitif terhadap panas, dingin, dan manis. Lapisan ini normalnya terlindungi oleh lapisan di atasnya, yaitu lapisan email gigi.
Jika email gigi mengalami kerusakan, dentin dapat terekspos dan kontak langsung dengan rangsangan dari luar, misalnya terkena makanan atau minuman yang panas atau dingin. Hal inilah yang menimbulkan nyeri dan ngilu pada gigi.
Selain terkikisnya email, gigi patah, infeksi atau penyusutan pada gusi juga dapat memicu gigi sensitif.
Berikut adalah penjelasan sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan gigi sensitif:
Penipisan maupun kerusakan pada email atau enamel gigi dapat terjadi akibat sering mengonsumsi makanan atau minuman manis, asam, atau minuman bersoda.
Gigi yang berlubang atau patah, serta karang gigi, dapat membuat dentin terbuka sehingga memicu gigi sensitif. Kondisi lain di mulut yang dapat menyebabkan gigi sensitif adalah gusi yang menyusut. Penyusutan gusi bisa membuat akar gigi terlihat dan tidak terlindungi.
Selain kondisi di atas, radang gusi juga dapat menyebabkan gigi sensitif.
Gigi sensitif juga bisa disebabkan oleh penyakit refluks asam lambung (GERD). Asam yang naik dari lambung dan kerongkongan dapat mengikis email gigi bila terjadi dalam jangka panjang.
Selain penyakit refluks asam lambung, kondisi medis lain yang dapat menyebabkan gigi sensitif adalah gangguan pengosongan lambung (gastroparesis), dan gangguan makan seperti bulimia.
Gigi sensitif juga dapat terjadi akibat kebiasaan buruk, misalnya menyikat gigi terlalu keras atau menggunakan sikat gigi yang kasar. Kebiasaan menggeretak gigi saat sedang tidur (bruxism) juga dapat memicu gigi sensitif.
Beberapa tindakan medis pada gigi, seperti pemutihan gigi, juga dapat menyebabkan gigi sensitif. Meski demikian, gigi sensitif akibat prosedur medis hanya sementara.
Meski dapat terjadi pada siapa saja, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gigi sensitif, yaitu:
Seseorang yang mengalami gigi sensitif akan merasakan nyeri dan ngilu, terutama ketika melakukan hal berikut:
Selain sensasi nyeri dan ngilu, gejala lain yang dapat muncul meliputi:
Segera ke dokter gigi jika mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan di atas, terutama jika tidak membaik setelah ditangani secara mandiri. Pemeriksaan dini diperlukan untuk mengetahui penyebab terjadinya gigi sensitif.
Untuk mendiagnosis gigi sensitif, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, serta apakah ada keluhan ketika makan, minum, atau berkumur.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada kondisi yang memicu gigi sensitif, seperti gigi berlubang atau penyusutan gusi. Jika diperlukan, dokter akan melakukan foto Rontgen guna melihat kondisi gigi dengan lebih jelas.
Pasien yang mengalami gejala gigi sensitif ringan dapat melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti:
Bila upaya di atas tidak dapat meredakan gejala, segera ke dokter gigi untuk mendapat pengobatan yang tepat. Dokter akan memberikan tindakan sesuai dengan penyebab gigi sensitif, seperti:
Untuk mengatasi gigi sensitif yang disebabkan oleh penipisan email gigi, dokter akan memberikan pasta gigi khusus untuk meredakan nyeri, atau gel yang mengandung fluoride untuk memperkuat email gigi.
Gigi sensitif yang disebabkan oleh kondisi tertentu di gigi dan mulut dapat diatasi dengan beberapa metode berikut:
Gigi sensitif yang disebabkan oleh kondisi lambung, seperti GERD, dapat diatasi dengan obat penurun produksi asam lambung dan antasida. Sementara pada penyakit lambung yang muncul akibat gangguan makan, seperti bulimia, dokter akan menyarankan konseling dan psikoterapi.
Untuk mengatasi gigi sensitif akibat kebiasaan buruk, seperti menyikat gigi dengan kasar, dokter akan menyarankan jenis sikat gigi dan cara menyikat gigi yang benar.
Dokter juga dapat menganjurkan pasien untuk mengelola stres dan mengurangi konsumsi minuman berkafein jika gigi sensitif disebabkan oleh bruxism. Bila bruxism masih terjadi, dokter akan memberikan pelindung gigi agar gigi tidak rusak.
Gigi sensitif yang disebabkan oleh prosedur medis, seperti pemutihan gigi, biasanya hanya terjadi sementara dan akan sembuh dengan sendirinya. Meski begitu, pasien tetap dianjurkan melakukan perawatan mandiri untuk meredakan gejala, dan segera ke dokter jika gejala makin parah.
Gigi sensitif dapat menimbulkan beberapa komplikasi, yaitu:
Untuk mencegah gigi sensitif, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, yaitu: