Severe Acute Respiratory Syndrome atau yang lebih dikenal dengan singkatannya SARS merupakan salah satu jenis penyakit pneumonia. Penyakit ini pertama kali ditemukan menyebar di Cina pada tahun 2002, kemudian dalam waktu yang cepat, SARS juga menyebar ke seluruh dunia dan mewabah di 29 negara.Â
Meskipun diketahui 9 dari 10 pengidap SARS dinyatakan sembuh, SARS merupakan penyakit yang juga bisa menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani dengan cara yang tepat. Karena itu, penting untuk mengetahui pengobatan untuk SARS di sini.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh coronavirus. Tidak hanya mudah menular, SARS juga dikenal sebagai penyakit yang mematikan. Kebanyakan pengidap SARS adalah orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun.Â
Selain itu, bila orang-orang yang memiliki riwayat penyakit kronis lainnya, seperti diabetes, gangguan jantung, dan memiliki imunitas yang rendah terkena penyakit ini, maka risikonya untuk mengalami komplikasi yang parah hingga kematian sangat besar.
Penyakit SARS disebabkan oleh virus corona dan paramoxviridae. Kedua macam virus tersebut sejatinya sudah ada sejak lama, hanya saja dampaknya tidak seganas dan separah seperti sekarang ini. Coronavirus dikenal sebagai virus yang menyebabkan penyakit demam, flu, diare, dan radang paru-paru. Sedangkan virus Paramyxoviridae adalah virus penyebab influenza.Â
Jadi, virus penyebab SARS saat ini diduga adalah karena adanya virus baru sebagai hasil dari mutasi coronavirus. Adapun faktor pemicu terjadinya hasil mutasi virus ini adalah karena lingkungan hidup yang sudah mulai rusak akibat polusi dan meningkatnya populasi manusia.
Seperti virus lain pada umumnya, coronavirus juga menyebar melalui udara dan masuk melalui saluran pernapasan kemudian bersarang di paru-paru. Selain melalui udara, penularan virus SARS juga bisa terjadi bila kamu melakukan kontak langsung dengan pengidap SARS, seperti berpelukan, ciuman, dan menggunakan peralatan makan yang sama dengan pengidap. Memegang benda yang sudah terkontaminasi oleh air ludah, urine, atau feses pengidap juga bisa menyebabkan kamu tertular SARS.
Pada awalnya, orang yang terkena Sars akan mengalami gejala yang mirip, seperti gejala flu, yaitu demam di atas 38 derajat Celsius, lalu diikuti dengan meriang, nyeri otot, sakit kepala, batuk kering, dan kelelahan. Ada juga beberapa gejala SARS yang lebih serius yang juga bisa dialami oleh pengidap, yaitu berupa pneumonia yang parah dan berkurangnya kadar oksigen pada darah.
Kamu dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter bila mengalami gejala SARS, seperti demam tinggi, nyeri otot, dan batuk kering. Apalagi bila kamu memiliki riwayat gangguan jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes. Pemeriksaan lebih dini bertujuan agar SARS bisa terdeteksi lebih cepat, sehingga pengobatan pun bisa segera dilakukan untuk mencegah komplikasi.
Sayangnya, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan SARS hingga saat ini. Jadi tujuan pengobatan SARS dilakukan adalah untuk membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh kamu, sehingga mampu menjinakkan virus tersebut. Pengobatan yang biasanya dilakukan, antara lain dengan memastikan ventilasi memadai, memberikan oksigen, fisioterapi, antiobiotik, dan obat-obatan antivirus.Â
Perlu diketahui, obat-obatan antivirus tidak akan menghilangkan virus SARS yang ada di dalam tubuh kamu, melainkan mencegah virus-virus lain menginfeksi dan menyebabkan penyakit lain yang tidak diinginkan.
Bagi pengidap yang mengalami gejala pneumonia, dokter biasanya juga akan memberikan resep obat tambahan berupa steroid anti-inflamasi.