Selain mempermudah proses pencernaan, dokter juga bisa mendeteksi penyakit dari air liur? Menurut sejumlah penelitian, kanker dan penyakit serius lainnya dapat meninggalkan jejak kehadiran mereka pada air liur seseorang. Bagaimana cara mendeteksi penyakit dari air liur?
Air liur atau saliva memiliki banyak manfaat, terutama bagi organ mulut. Saliva membantu menjaga kesehatan gusi, mencegah kerusakan gigi, membersihkan partikel makanan, dan menyediakan zat penangkal untuk mencegah gigi berlubang atau infeksi lainnya.
Di samping itu, air liur juga menjadi cermin kesehatan tubuh. Adanya perubahan pada air liur bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Berikut ini beberapa kondisi dari air liur yang bisa mendeteksi penyakit.
Tekstur ludah yang kental, tebal, atau berserabut menunjukkan Anda mungkin mengalami kesulitan dalam memproduksi air liur. Hal ini terjadi karena konsumsi obat atau kondisi medis tertentu, seperti alergi, nyeri, sialolithiasis (penyumbatan kelenjar ludah oleh batu kalsium), usia, atau lainnya.
Beragam faktor tersebut tersebut bisa mengubah jumlah aliran liur yang masuk dan keluar dari kelenjar ludah. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan gigi, penyakit gusi, dan infeksi ragi oral.
Mendeteksi penyakit mulut kering juga bisa dilihar dari produksi air liur yang tidak mencukupi. Mulut kering atau xerostomia berkaitan dengan penyakit pada kelenjar air liur, pengobatan radioterapi leher, tapi bisa terjadi ketika Anda gugup, marah, atau sedang stres.
Untuk meningkatkan produksi air liur, Anda bisa memperbanyak konsumsi air putih atau mengunyah permen karet. Namun, jika produksi ludah terus menerus sedikit tanpa ada perubahan, sebaiknya konsultasikan pada dokter.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan Anda kesulitan mencicipi, mengunyah, menelan, dan bahkan berbicara.
Air liur juga bisa mendeteksi kehamilan. Ludah yang keluar berlebihan bisa dialami oleh wanita hamil, karena adanya perubahan hormon atau efek samping dari rasa mual yang dialami.
Kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan, karena produksi air liur berlebihan hanya akan membuat Anda lebih sering meludah atau berhati-hati saat berbicara agar air liur tidak keluar saat Anda berbicara.
Liur yang terasa asam membuat bakteri bisa berkembang biak di sudut dan celah gigi Anda. Ludah asam juga bisa mengikis gigi dan menyebabkan rongga pada gigi. Mengonsumsi makanan yang kaya arginin, seperti daging merah atau unggas, bisa menurunkan keasaman air liur Anda.
Selanjutnya, air liur juga bisa membantu mendeteksi penyakit pada lambung. Perubahan ini biasanya cukup terasa sehingga orang yang mengalami sadar dengan gejalanya.
Air liur pahit atau asam bisa mengindikasikan bahwa Anda mengalami gangguan lambung atau refluks asam lambung. Gejala lain dari gangguan lambung adalah mulas, mual, atau bau mulut.
Jika ludah Anda berwarna pucat, ada kemungkinan Anda menderita anemia defisiensi zat besi. Tanpa asupan zat besi yang cukup, tubuh Anda tidak bisa membuat hemoglobin, pigmen dalam sel darah merah yang memberi lidah Anda warna merah muda yang cantik.
Untuk mendapatkan asupan zat besi, Anda bisa mengonsumsi sayuran berwarna hijau, daing, seafood, dan kacang. Zat besi yang cukup juga bisa memberikan Anda energi dan membantu menjaga sistem kekebalan tubuh Anda.
Jamur Candida albicans dapat menyebabkan infeksi jamur di mulut. Mendeteksi penyakit ini bisa dilihat dari air liur yang berwarna putih dan menggumpal.
Meskipun infeksi jamur mulut jarang terjadi pada orang dewasa yang sehat, penderita diabetes mungkin sangat rentan karena gula dalam air liur dapat menyebabkan pertumbuhan jamur. Dokter Anda dapat meresepkan obat antijamur yang Anda kumur di mulut Anda untuk membersihkan infeksi.
Seperti jendela ke bagian dalam tubuh, tes air liur dapat memberikan banyak informasi tentang susunan genetik dan hormon, menurut studi pada jurnal Diabetes research and clinical practice. Dari diabetes hingga kanker, air liur memiliki potensi sebagai alat diagnostik untuk penyakit-penyakit ini.
Tes ludah juga dapat menilai kadar hormon seperti melatonin, sehingga bisa memberikan informasi tentang ritme sirkadian tubuh, dan dengan demikian membantu dokter dalam menentukan pengobatan yang melibatkan kualitas tidur, makan, dan berat badan.