Penyakit gigi yang dibiarkan berlarut-larut dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya gigi mati. Orang-orang yang mengalami kondisi ini biasanya sudah sakit gigi dalam waktu lama, tapi tidak kunjung mendapatkan pengobatan.
Apa yang dimaksud dengan gigi mati, seperti apa gejalanya, dan bagaimana cara mengatasinya? Untuk informasi selengkapnya, bisa Anda simak ulasan berikut ini.
Struktur gigi terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu email (enamel), dentin, pulpa dan sementum/tulang penyangga. Enamel merupakan bagian terluar gigi yang bersifat keras, memberi perlindungan, dan tidak sensitif terhadap rasa sakit.
Sementara itu, dentin merupakan bagian struktur pembangun gigi utama yang berada di bawah enamel dan bersifat sensitif. Kemudian pada bagian pulpa gigi yang terlindung oleh dentin, ada pembuluh darah dan saraf yang terdapat di bagian tengah struktur gigi.
Pulpa merupakan saraf yang terletak di tengah gigi. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah, persarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial, dan sel-sel seperti fibroblas, odontoblas, dan sel imun.
Pembentukan lubang gigi berawal dari enamel, lalu merambat ke dentin dan selanjutnya mencapai pulpa. Pada tahap ini, jaringan akan mengalami infeksi dan peradangan.
Kondisi ini disebut dengan pulpitis, ditandai dengan masuknya bakteri ke dalam pulpa dan terjadi peradangan. Gejalanya yaitu nyeri pada gigi ketika mengonsumsi makanan dan minuman yang suhunya dingin atau panas.
Pulpitis akan berlanjut menjadi gigi ngilu spontan yang bahkan bisa membuat pengidapnya terbangun saat tidur karena merasa kesakitan. Jika tidak dibawa ke dokter gigi, jaringan pulpa yang terdiri dari saraf gigi dan pembuluh darah akan mati. Kondisi ini dinamakan nekrosis pulpa.
Matinya saraf gigi dapat menyebabkan gigi tidak lagi responsif terhadap rangsang nyeri. Gigi sudah tidak sakit sama sekali, tapi menjadi sangat rapuh karena sudah dikelilingi bakteri.
Lama-kelamaan, nekrosis pulpa akan menyebabkan bagian dari gigi patah sedikit demi sedikit hingga menyisakan hanya akar gigi.
Terkadang, sulit untuk mendeteksi akar gigi busuk atau mati hanya dengan melihatnya sekilas saja. Hanya dokter gigi yang bisa mendiagnosisnya dengan melakukan pemeriksaan gigi rutin enam bulan sekali.
Setidaknya ada dua gejala yang bisa membantu Anda dalam mengenali masalah gigi yang satu ini, yaitu terjadi perubahan warna dan rasa sakit akibat timbulnya infeksi.
Jika gigi sudah mati, biasanya akan terjadi perubahan warna gigi menjadi lebih gelap, misalnya berubah menjadi gigi kuning, abu-abu, hingga hitam.
Perubahan warna gigi terjadi karena sel darah merah pada gigi juga ikut mati. Efek ini mirip dengan saat tubuh Anda mengalami memar.
Perubahan warna pada gigi akan mengalami peningkatan dari warna kuning menjadi hitam bila tidak segera ditangani oleh dokter gigi. Terlebih lagi apabila Anda tidak melakukan perawatan gigi dengan rutin dan semestinya.
Ciri lain dari matinya saraf gigi yaitu timbulnya sakit gigi dengan tingkatan yang bervariasi. Rasa sakit yang dialami pun bukan berasal dari dalam gigi, melainkan dari ujung saraf yang sangat sensitif di sekitar bagian luar gigi, yaitu pada bagian membran periodontal.
Bakteri dan sisa-sisa saraf yang mati akan terkumpul di rongga pulpa dalam gigi sehingga memberi tekanan pada membran periodontal. Hal inilah yang menjadi penyebab munculnya rasa sakit pada gigi mati.
Jika sakit gigi disertai dengan infeksi, kemungkinan juga akan terbentuk kantung nanah (abses gigi) dan muncul gejala lain, seperti:
Secara garis besar ada dua penyebab utama gigi mati, yakni kerusakan gigi akibat perawatan yang tidak sesuai dan trauma gigi akibat cedera maupun kecelakaan.
Kerusakan yang terjadi pada gigi dapat menyebabkan peluruhan gigi hingga menyebabkan gigi berlubang (karies). Kondisi ini umumnya berawal dari pola perawatan gigi yang kurang baik dan benar.
Peluruhan dimulai pada lapisan terluar gigi atau enamel dan seiring waktu bisa menembus ke lapisan yang lebih dalam. Jika tidak diobati, lubang pada gigi akan menciptakan jalur bagi bakteri untuk menggerogoti gigi hingga ke bagian pulpa.
Infeksi bakteri pada gigi dapat menyebabkan peradangan dalam pulpa. Hal ini bisa membuat Anda merasakan sakit gigi yang cukup mengganggu. Saat terjadi peradangan, pulpa dan sel darah putih akan menahan serangan bakteri.
Selanjutnya, infeksi bakteri dan peradangan yang terjadi karenanya akan meningkatkan tekanan di dalam rongga gigi. Hal inilah yang kemudian akan memotong suplai darah dan membunuh pulpa.
Trauma gigi bisa terjadi akibat cedera olahraga, terjatuh, atau pukulan di sekitar area wajah serta mulut. Cedera dan kecelakaan bisa menyebabkan pembuluh darah di sekitar gigi pecah.
Pecahnya pembuluh darah membuat suplai darah ke gigi menjadi terputus. Akibatnya, saraf dan jaringan hidup di dalam pulpa gigi akan mati.
Bukan hanya cedera dan kecelakaan, kebiasaan menggertakkan gigi juga bisa mengakibatkan trauma gigi secara bertahap. Hal ini tentu dapat meningkatkan risiko matinya saraf gigi.
Gigi mati harus segera ditangani, terlebih jika disertai dengan infeksi. Jika tidak segera diobati, bakteri bisa tumbuh dan berpindah ke akar gigi atau bahkan menyebar ke tulang rahang.
Apabila gigi yang mati tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak berubah warna, dokter gigi dapat melakukan diagnosis dengan bantuan sinar X (rontgen gigi).
Terdapat dua pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah gigi, yaitu cabut gigi dan perawatan saluran akar gig. Biasanya, pengobatan akan dipilih sesuai dengan kondisi gigi pasien.
Jika gigi mati menimbulkan kerusakan maksimal dan tidak bisa diobati, pengobatan yang dipilih ialah cabut gigi. Dokter gigi biasanya merekomendasikan ini apabila gigi memang sudah tidak bisa diperbaiki.
Prosedur ini sangat sederhana, relatif ekonomis, dan tidak menimbulkan rasa sakit serta perawatan lanjutan usai cabut gigi. Gigi yang dicabut dapat diganti dengan implan gigi ataupun gigi palsu.
Perawatan saluran akar gigi (root canal treatment) biasanya direkomendasikan terlebih dahulu bila penyebab gigi mati tidak terlalu parah dan gigi masih dalam keadaan baik.
Dilansir dari Oral Health Foundation, perawatan ini bertujuan untuk membersihkan semua infeksi dari gigi dan akar gigi. Dokter gigi kemudian menambal rongga gigi untuk mencegah infeksi lanjutan di masa mendatang.
Perawatan saluran akar mungkin akan memakan proses yang panjang, sehingga pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sebanyak dua kali atau lebih.
Gigi mati yang masih dalam kondisi bagus dan tidak perlu dicabut akan dibersihkan terlebih dulu dari pulpa gigi yang telah terinfeksi dan kantung nanah (abses gigi) yang masih tersisa.
Setelahnya, saluran akar gigi dibersihkan. Rongga di dalam gigi lalu diberikan tambalan sementara sebelum akhirnya dilakukan tambal gigi permanen sehingga bentuk dan warna gigi kembali menyerupai kondisi sebelumnya.
Berbagi metode di bawah ini bukanlah cara mengobati gigi busuk secara alami, melainkan langkah pencegahan untuk menghindari risikonya di kemudian hari.
Untuk mencegah terjadinya gigi mati, berikut beberapa kebiasaan yang perlu Anda lakukan.