Berita Kesehatan
Apa Itu Flu atau Influenza?
Kamis, 12 Jun 2025 15:05:45

Apa Itu Flu atau Influenza?

Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang dapat menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru.

Kondisi ini sangat umum terjadi di musim pancaroba. Penyakit ini sangat mudah menular ke orang lain, terutama ketika 3–4 hari pertama setelah pengidapnya terinfeksi virus flu,

Gejala-gejala flu yang biasa dirasakan pengidapnya adalah demam, sakit kepala, batuk-batuk, pegal-pegal, kehilangan nafsu makan, serta sakit tenggorokan.

Gejala influenza akan bertambah parah selama 2 hingga 4 hari sebelum akhirnya membaik dan sembuh.

Flu dan pilek adalah dua kondisi yang berbeda. Pilek umumnya muncul secara bertahap dengan gejala yang lebih ringan, sehingga tidak terlalu berdampak pada rutinitas pengidapnya.

Sedangkan influenza tak seperti itu, penyakit ini cenderung menyebabkan gejala yang lebih berat, sehingga bisa mengganggu aktivitas pengidapnya. Di samping itu, masa inkubasi flu juga lebih singkat.

Penyebab Flu atau Influenza

Virus influenza menyebar melalui udara dalam tetesan atau percikan liur (droplet) ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara.

Kamu dapat menghirup tetesannya secara langsung, atau mendapatkan virus saat memegang benda tertentu, dan kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut.

Orang yang terinfeksi virus kemungkinan dapat menularkan virusnya sejak sekitar satu hari sebelum gejala muncul, sampai sekitar lima hari setelah gejala muncul.

Anak-anak dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah mungkin akan menularkannya dalam waktu yang sedikit lebih lama.

Virus influenza terus bermutasi, dengan jenis baru yang muncul secara teratur. Jika kamu pernah mengalami influenza sebelumnya, tubuh telah membuat antibodi untuk melawan jenis virus influenza tertentu.

Jika virus influenza di masa depan serupa dengan yang kamu temui sebelumnya (baik dengan penyakit atau vaksinasi), antibodi dapat mencegah infeksi atau mengurangi keparahan gejala.

Namun, tingkat antibodi dapat menurun seiring berjalan waktu.

Faktor Risiko Flu atau Influenza

Meski flu bisa menyerang semua orang, tetapi ada beberapa orang yang cukup rentan terserang virus influenza, contohnya:

  • Memiliki sistem imun yang lemah.
  • Hamil atau baru melahirkan.
  • Balita dan lansia.
  • Mengidap kondisi medis tertentu, seperti diabetes, asma, penyakit jantung, atau obesitas.
  • Bekerja atau tinggal di fasilitas umum.
  • Tubuh dalam kondisi yang tidak fit atau kurang beristirahat.

Pola Penyebaran Influenza: Variasi Musiman, Epidemi, dan Pandemi

Influenza, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza, menunjukkan pola penyebaran yang kompleks dan beragam. Memahami pola ini sangat penting untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit, baik pada skala musiman, epidemi, maupun pandemi. Artikel ini akan mengeksplorasi berbagai aspek pola penyebaran influenza, termasuk variasi musiman, potensi epidemi dan pandemi, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Dasar-Dasar Penularan Influenza

Penularan influenza terjadi terutama melalui droplet atau percikan air liur yang dihasilkan saat batuk atau bersin oleh individu yang terinfeksi. Virus influenza memiliki patogenesis yang unik, menyerang saluran pernapasan dan menyebabkan berbagai gejala seperti demam, batuk, pilek, dan nyeri otot. Efektivitas penularan influenza dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk:

  • Kepadatan Populasi: Penularan lebih mudah terjadi di area dengan kepadatan populasi tinggi, seperti sekolah, kantor, dan transportasi umum.
  • Perilaku Manusia: Kebiasaan seperti mencuci tangan, etika batuk/bersin, dan praktik menjaga jarak fisik sangat memengaruhi tingkat penularan.
  • Kondisi Lingkungan: Suhu dan kelembapan udara dapat memengaruhi stabilitas virus di luar tubuh dan memengaruhi penularan.

Variasi Musiman Influenza

Salah satu ciri khas influenza adalah epidemi musiman. Di daerah beriklim sedang, aktivitas influenza cenderung meningkat selama musim dingin. Beberapa teori menjelaskan fenomena ini:

  • Faktor Lingkungan: Udara dingin dan kering di musim dingin dapat meningkatkan stabilitas virus influenza di udara dan mempermudah penularan. Selain itu, udara kering dapat mengurangi kelembapan lapisan mukosa hidung, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi virus.
  • Kadar Vitamin D: Beberapa penelitian mengaitkan kadar vitamin D yang lebih rendah di musim dingin (akibat kurangnya paparan sinar matahari) dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi influenza. Vitamin D berperan dalam sistem kekebalan tubuh, dan defisiensinya dapat melemahkan respons imun terhadap virus.
  • Model Matematis: Para ilmuwan menggunakan model matematis untuk memahami dan memprediksi dinamika musiman influenza. Model-model ini mempertimbangkan berbagai faktor seperti tingkat penularan, kekebalan populasi, dan kondisi lingkungan untuk memproyeksikan waktu dan intensitas puncak musim flu.

Influenza dan Hewan: Potensi Epizootik

Virus influenza tidak hanya menginfeksi manusia, tetapi juga berbagai spesies hewan, termasuk unggas, babi, dan mamalia lainnya. Epizootik, atau wabah penyakit pada hewan, dapat menjadi perhatian serius dalam konteks influenza. Virus influenza avian, seperti H5N1, menjadi sorotan karena potensi patogenisitasnya yang tinggi pada unggas dan kekhawatiran akan penularan zoonosis ke manusia. Meskipun penularan H5N1 dari unggas ke manusia relatif jarang, kasus yang terjadi seringkali memiliki tingkat keparahan yang tinggi. Pemantauan epizootik influenza pada hewan penting untuk mendeteksi dini potensi risiko penularan ke manusia dan mencegah munculnya pandemi baru.

Evolusi Virus dan Proyek Pengurutan Genom Influenza

Virus influenza memiliki tingkat mutasi yang tinggi, terutama pada genom virus RNA mereka. Mutasi ini memungkinkan virus untuk terus berubah dan menghindari sistem kekebalan tubuh, baik kekebalan alami maupun kekebalan yang diinduksi oleh vaksin. Influenza Genome Sequencing Project (Proyek Pengurutan Genom Influenza) merupakan upaya global untuk memantau evolusi virus influenza secara real-time. Dengan mengurutkan genom virus dari sampel influenza yang beredar di seluruh dunia, para ilmuwan dapat melacak kemunculan varian baru, memprediksi potensi resistensi obat antivirus, dan memperbarui formulasi vaksin influenza secara berkala. Konsep resonansi dinamis dalam evolusi virus influenza juga menjadi area penelitian yang menarik. Resonansi dinamis mengacu pada interaksi kompleks antara virus, inang, dan lingkungan yang memengaruhi evolusi virus dan pola penyebarannya.

Pandemi Influenza: Ancaman Global

Pandemi influenza adalah wabah global influenza yang disebabkan oleh munculnya virus influenza baru yang sangat berbeda dari virus yang beredar sebelumnya, sehingga populasi manusia memiliki sedikit atau tidak ada kekebalan terhadapnya. Sepanjang sejarah, telah terjadi beberapa pandemi influenza yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan, seperti pandemi flu Spanyol tahun 1918, flu Asia tahun 1957, flu Hong Kong tahun 1968, dan flu babi tahun 2009 (H1N1pdm09). Potensi pandemi influenza selalu ada, dan kesiapsiagaan global sangat penting. Upaya kesiapsiagaan pandemi meliputi:

  • Surveilans Global: Pemantauan terus-menerus terhadap virus influenza yang beredar pada manusia dan hewan.
  • Pengembangan Vaksin: Penelitian dan pengembangan vaksin influenza yang cepat dan efektif, termasuk vaksin pandemi yang dapat diproduksi dalam skala besar.
  • Persediaan Antivirus: Penyediaan obat antivirus yang efektif untuk pengobatan kasus influenza parah dan untuk profilaksis pada kelompok risiko tinggi.
  • Rencana Respons Pandemi: Pengembangan rencana respons pandemi yang komprehensif di tingkat nasional dan global, termasuk langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti pembatasan sosial, karantina, dan komunikasi risiko.

Strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Influenza

Berbagai strategi pencegahan dan pengendalian penyebaran influenza telah dikembangkan dan diimplementasikan:

  • Vaksinasi Influenza: Vaksinasi influenza adalah strategi pencegahan utama influenza musiman. Vaksin influenza dirancang untuk melindungi terhadap subtipe virus influenza A dan garis keturunan virus influenza B yang diperkirakan akan beredar pada musim mendatang. Efektivitas vaksinasi influenza bervariasi tergantung pada kecocokan antara virus vaksin dan virus yang beredar, serta faktor-faktor inang seperti usia dan status kesehatan. Cakupan vaksinasi influenza yang tinggi dalam populasi penting untuk mencapai kekebalan kelompok dan mengurangi penyebaran virus.
  • Langkah-langkah Kesehatan Masyarakat: Langkah-langkah kesehatan masyarakat sederhana namun efektif dapat membantu mencegah penyebaran influenza, seperti:
    • Mencuci Tangan: Mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air atau hand sanitizer berbasis alkohol.
    • Etika Batuk/Bersin: Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu atau siku bagian dalam.
    • Menghindari Kontak Dekat: Menghindari kontak dekat dengan orang sakit.
    • Isolasi Diri: Individu yang sakit sebaiknya tetap di rumah untuk mencegah penularan kepada orang lain.
  • Model Matematis dalam Strategi Vaksinasi: Model matematis tidak hanya digunakan untuk memprediksi musim flu, tetapi juga untuk mengoptimalkan strategi vaksinasi influenza. Model-model ini dapat membantu menentukan kelompok usia atau populasi yang paling tepat untuk diprioritaskan dalam program vaksinasi, serta mengevaluasi dampak berbagai strategi vaksinasi terhadap penyebaran influenza

Tentu, berikut adalah artikel pendek mengenai sejarah dan dampak budaya influenza:

Sejarah dan Dampak Budaya Influenza

Influenza, penyakit yang kita kenal sebagai flu, telah menjadi bagian dari sejarah manusia selama berabad-abad. Jejaknya dapat ditelusuri melalui catatan sejarah, dan dampaknya terasa tidak hanya pada kesehatan masyarakat, tetapi juga pada budaya dan masyarakat secara luas.

Asal-Usul Istilah dan Sejarah Awal

Nama “influenza” sendiri berasal dari bahasa Italia, “influenza del freddo“, yang secara harfiah berarti “pengaruh dingin”. Asal-usul nama ini mencerminkan kepercayaan kuno bahwa penyakit ini disebabkan oleh pengaruh astrologis atau udara dingin. Istilah lain yang digunakan di masa lampau untuk menggambarkan penyakit serupa termasuk “grippe” (dari bahasa Prancis) dan “epidemic catarrh“. Bahkan “sweating sickness“, penyakit misterius yang melanda Inggris pada abad ke-15 dan 16, mungkin merupakan bentuk influenza. Beberapa ahli sejarah juga berspekulasi bahwa penyakit yang dibawa oleh pelaut Christopher Columbus ke Amerika mungkin termasuk influenza, yang berkontribusi pada kehancuran populasi penduduk asli.

Pandemi Influenza Sepanjang Sejarah

Sejarah mencatat beberapa pandemi influenza yang dahsyat:

  • Pandemi 1830-1833: Pandemi ini adalah salah satu pandemi influenza global pertama yang terdokumentasi dengan baik, menyebar luas di Eropa, Asia, dan Amerika.
  • Pandemi Flu 1918 (“Demam Spanyol”): Pandemi Demam Spanyol tahun 1918 adalah pandemi paling mematikan dalam sejarah modern. Diperkirakan menyebabkan kematian puluhan juta orang di seluruh dunia. Pandemi ini terjadi menjelang akhir Perang Dunia I, dan dampaknya sangat besar, tidak hanya secara medis tetapi juga sosial dan ekonomi. Pandemi 1918 disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H1N1.
  • Pandemi H1N1 2009: Pada tahun 2009, dunia kembali menghadapi pandemi influenza yang disebabkan oleh virus subtipe H1N1 baru. Meskipun tidak separah tahun 1918, pandemi H1N1 2009 mengingatkan kita akan potensi ancaman pandemi influenza di era modern.

Dampak Budaya dan Masyarakat

Influenza, terutama pandemi, telah meninggalkan jejak budaya yang signifikan:

  • Seni dan Sastra: Pandemi influenza, khususnya Flu Spanyol 1918, telah menjadi tema dalam berbagai karya seni dan sastra. Kisah-kisah tentang ketakutan, kehilangan, dan ketahanan selama pandemi telah diabadikan dalam buku, film, dan musik.
  • Perubahan dalam Kesehatan Masyarakat: Pandemi influenza telah mendorong perubahan signifikan dalam praktik kesehatan masyarakat. Pandemi 1918, misalnya, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan, isolasi, dan penelitian virus. Respons terhadap pandemi H1N1 2009 juga menunjukkan kemajuan dalam surveilans global dan pengembangan vaksin.
  • Memori Kolektif: Pandemi influenza membentuk memori kolektif masyarakat. Pengalaman pandemi, baik yang terjadi di masa lalu maupun yang lebih baru, memengaruhi cara masyarakat memandang penyakit menular, sistem kesehatan, dan peran pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.

Gejala Flu atau Influenza

Pada awalnya, flu mungkin tampak seperti pilek biasa dengan hidung meler, bersin, dan sakit tenggorokan.

Gejala umum flu meliputi:

  • Demam.
  • Otot sakit.
  • Menggigil dan berkeringat.
  • Sakit kepala.
  • Batuk kering yang berkelanjutan (kronis).
  • Sesak napas.
  • Kelelahan dan kelemahan.
  • Hidung meler atau tersumbat.
  • Sakit tenggorokan.
  • Sakit mata.
  • Muntah dan diare, tetapi ini lebih sering terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.

Gejala tersebut umumnya muncul 2–3 hari setelah terinfeksi virus. Sebagian besar gejala akan hilang dalam waktu kurang dari 1 minggu.

Meskipun demikian, batuk dan lemas bisa berlangsung hingga beberapa minggu. Nah, apabila Gejala Flu Makin Mengganggu, Segera Hubungi Dokter Ini agar gejala tersebut segera membaik.

Apa perbedaan pilek dan flu?

Pilek biasa dan flu mungkin tampak serupa pada awalnya. Sebab, keduanya sama-sama penyakit pernapasan dan dapat menyebabkan gejala yang serupa.

Tetapi virus yang berbeda menyebabkan kedua kondisi ini. Pilek dan influenza memiliki beberapa gejala yang sama.

Orang dengan salah satu penyakit sering mengalami:

  • Hidung meler atau tersumbat.
  • Bersin-bersin.
  • Pegal-pegal.
  • kelelahan umum.

Namun, gejala batuk pilek berkembang secara perlahan, sedangkan gejala flu menyerang secara tiba-tiba. Selain itu, gejala flu akan lebih parah daripada gejala pilek.

Sebab, pilek jarang menyebabkan kondisi atau masalah kesehatan lainnya. Tetapi influenza dapat menyebabkan:

  • Radang dalam selaput lendir.
  • Infeksi telinga.
  • Radang paru-paru.
  • Sepsis.

Jika gejala parah, penting bagi seseorang yang sakit untuk memastikan diagnosis apakah itu pilek atau flu.

Gejala pilek dan flu juga harus ditangani dengan hati-hati karena tumpang tindih dengan gejala COVID-19.

Apa Perbedaan antara Influenza dan COVID-19?

Gejala COVID-19, flu, dan alergi memiliki beberapa kesamaan, tetapi seringkali berbeda. Gejala utama COVID-19 adalah:

  • Kelelahan.
  • Demam.
  • Batuk, khususnya batuk kering.
  • Sesak napas.

Gejala flu mirip dengan COVID-19 termasuk demam dan nyeri tubuh. Namun, flu biasanya tidak akan menimbulkan sesak napas sebagai gejalanya.