Tahukah Anda, 9 dari 10 orang dewasa pernah memiliki penyakit gusi. Bahkan angka kejadian penyakit gusi di seluruh dunia lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit serangan jantung. Nah, berkumur secara rutin menggunakan obat kumur alias mouthwash dapat membantu melawan dan melenyapkan sisa-sisa bakteri yang bersarang di mulut, terutama gigi dan gusi.
Tubuh manusia mempunyai jumlah mikroba 20 kali lebih banyak daripada jumlah sel, dan rongga mulut menjadi salah satu tempat bakteri terbanyak di tubuh. Meski begitu, bakteri yang ada di mulut lebih mudah untuk dikendalikan.
Hal ini disampaikan oleh drg. Sri Angky Soekanto, Ph.D., PBO dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang ditemui tim Hello Sehat pada Jumat, (9/11) di Jakarta Selatan.
“Mulut itu salah satu tempat bakteri yang paling banyak. Tapi, justru di tempat tersebut, penyembuhan terjadi lebih cepat. Coba kita perhatikan, kalau luka ada luka di mulut, pasti lebih cepat sembuh dibandingkan di tempat lain†tutur drg. Sri Angky.
Bakteri yang sudah terdeteksi di rongga mulut ada sekitar 700 jenis. Bakteri ini bersamaan dengan sisa-sisa makanan, lendir, dan partikel lainnya akan membentuk plak.
Plak adalah adalah lapisan tipis protein dan bakteri (disebut dengan biofilm) yang menumpuk di permukaan gigi.
Jika dibiarkan menumpuk, plak yang dipenuhi bakteri akan menghasilkan asam. Asam ini berperan dalam kerusakan gigi dan menghasilkan racun dari sisa-sisa makanan. Pada akhirnya, hal tersebut dapat menyebabkan gingivitis. Gingivitis adalah infeksi gusi, yang juga menjadi salah satu tanda awal terjadinya penyakit periodontal alias penyakit gusi.
Pada tahap lanjut, penyakit gusi dapat memicu berbagai masalah seperti rasa sakit, gusi berdarah, masalah mengunyah yang menyakitkan, gigi berlubang, hingga gigi tanggal. Bahkan, penyakit gusi yang sudah parah bisa memicu berbagai komplikasi pada seluruh organ tubuh.
“Dalam kasus yang parah, kuman-kuman bisa masuk ke pembuluh darah membawa 700 bakteri dari mulut. Bakteri ini nantinya bisa masuk ke mana-mana, karena badan kita dipenuhi pembuluh darah. Jadi, sudah pasti kuman ini akan jalan-jalan ke pembuluh darah. Syukur-syukur kalau (bakterinya) tidak ke tempat yang berbahaya. Kalau ke tempat yang berbahaya tentu akan fatal,†papar drg. Sri Angky.
Kabar baiknya, mouthwash dapat membantu menghilangkan plak, sehingga mengurangi berkumpulnya bakteri pada gigi. Jika dikombinasikan dengan kebiasaan menyikat gigi dan flossing secara rutin, maka ketiganya efektif untuk mencegah berbagai masalah gigi dan mulut di kemudian hari.
“Sebetulnya, kita (Indonesia) sudah ketinggalan sekali. Di negara maju, sudah dianjurkan sejak dulu untuk menyikat gigi, flossing, serta berkumur dilakukan dua kali sehari,†ungkap drg. Sri Angky yang juga menjabat sebagai Ketua Kolegium Dokter Gigi Indonesia (KDGI) ini.
Drg. Sri Angky menambahkan bahwa ketiga kebiasaan baik tersebut merupakan satu-satunya cara untuk menjaga kesehatan mulut. Ketiganya harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. Pasalnya, sikat gigi tidak mampu menjangkau seluruh rongga mulut dan membersihkan sisa makanan di antara gigi. Tak heran jika karies atau lubang gigi paling sering muncul di sela-sela gigi.
Nah, inilah mengapa Anda butuh juga flossing gigi dan berkumur. Lebih jauh, drg. Sri Angky menjelaskan, “Terus terang saja, flossing gigi agak repot. Sekarang sudah ada sikat antar gigi (interdental brush) tapi sayang masih mahal harganya. Jadi kalau saya bisa anjurkan, paling gampang itu sikat gigi dan berkumur.â€
Mouthwash khusus untuk mencegah gingivitis atau penyakit gusi biasanya mengandung zat khusus yang memang diracik untuk membunuh bakteri penyebab plak di gigi. Akan tetapi, untuk kasus plak yang sudah mengeras dan membentuk tartar, maka Anda perlu ke dokter gigi. Plak yang mengeras tidak bisa dihilangkan hanya dengan menyikat gigi dan berkumur. Hanya pembersihan profesional oleh dokter gigi yang dapat mengangkat tartar.
“Saya tidak akan bilang 6 bulan sekali, setahun sekali. Mulut saya dengan mulut Anda berbeda. Tergantung dokter giginya kapan menyuruh Anda melakukan pengecekan kembali setelah konsultasi pertama. Bisa saja ada yang harus kembali lagi setelah dua atau tiga bulan, kan,†tutup drg. Sri Angky.