Berita Kesehatan
Mengulik Kasus Rhinitis Alergi Ekstrem di Dunia
Jumat, 22 Jan 2021 10:51:40
Rhinitis alergi bisa saja terjadi pada seseorang dengan gejala yang tidak terlalu jelas. Meski demikian, ada orang-orang yang mengalami rhinitis alergi yang parah dan berlangsung lama hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Alergi ini terjadi ketika kekebalan tubuh seseorang bereaksi terhadap suatu alergen dan menganggapnya berbahaya. Konsekuensinya, sel akan mengeluarkan beberapa zat kimia di dalam membran hidung hingga membengkak atau berlendir.Pada kasus ekstrem rhinitis alergi di dunia, bisa saja terjadi komplikasi. Mulai dari sinusitis yang tak kunjung sembuh, infeksi telinga bagian tengah di belakang gendang telinga, hingga polip.

Kasus rhinitis alergi ekstrem

Di seluruh dunia, tak kurang dari 400 juta orang menderita rhinitis alergi. Sebanyak 10-30% adalah orang dewasa, sementara lebih dari 40% penderitanya adalah anak-anak. Di Amerika Serikat saja, rhinitis alergi adalah penyakit nomor 5 paling umum terjadi. Meski demikian, banyak kasus rhinitis alergi yang tidak terdeteksi dengan baik karena dianggap remeh.Kini, kita akan melihat contoh kasus rhinitis alergi akut di seluruh dunia.

Lisa Miles, rhinitis alergi mengubah gaya hidup

Cerita pertama datang dari Lisa Miles, seorang penderita rhinitis alergi yang telah menjalani berbagai macam pengobatan. Ketika pertama kali mengalami rhinitis alergi, ia mengira ada hubungannya dengan penyakit asma yang dideritanya.Ketika kambuh, matanya akan terasa pedih, gatal, dan kemerahan terutama ketika ada di dekat bunga. Bukan hanya itu, asma dan insomnia yang dialaminya juga kian parah. Gejalanya memburuk setiap bulan Februari hingga September. Pengobatan yang dikonsumsinya adalah antihistamin yang tidak membuatnya mengantuk saat aktivitasnya di siang hari. Miles juga menggunakan obat tetes mata. Memang gejalanya tidak benar-benar hilang, namun setidaknya ia jadi bisa mengendalikannya.Apakah cukup sampai di situ? Rupanya tidak.Miles juga harus mengubah gaya hidupnya. Memotong rumput bukan lagi pilihan aktivitas baginya. Selain itu, jendela ruangannya harus selalu tertutup. Miles bahkan harus bertahan di dalam ruangan ketika serbuk bunga sangat banyak di pagi dan sore hari.Perjalanan hingga Miles menemukan obat yang tepat untuk rhinitis alergi yang dideritanya bukan terjadi secara instan. Ia harus menjalani beberapa pengobatan yang nihil hasilnya sebelum menemukan yang cukup efektif.

Claudette dan rhinitis alerginya

Kisah kedua datang dari Claudette, seorang terapis wicara yang membagi ceritanya di American College of Allergy, Asthma, & Immunology. Pada awalnya, ia tak pernah mengira mengalami alergi dalam bentuk apapun.Pada awalnya, tubuhnya mengalami beberapa gangguan penyakit seperti bronkitis, migrain yang terjadi terus menerus, demam, hingga pneumonia yang menyebabkannya kesulitan bernapas.Berbagai komplikasi ini terus terjadi meski pengobatan telah ditempuh. Tak pernah Claudette menyangka bahwa dirinya memiliki rhinitis alergi. Bahkan, ia harus berhenti menggunakan lensa kontak karena iritasi mata yang dideritanya.Suatu hari, temannya menyarankan Claudette untuk mencoba uji alergi. Dari situ diketahui bahwa dia alergi dengan segala jenis serbuk bunga dan debu.Dari situlah semua terasa masuk akal, mengapa Claudette kerap merasa gatal berlebihan di matanya hingga tak bisa mengenakan lensa kontak sekalipun.Sejak itu Claudette menata ulang rumahnya agar lebih bersahabat padanya yang memiliki rhinitis alergi. Mulai dari mengganti jenis kasur, seprai, hingga memasang penyaring udara di area yang berdebu.Selain itu, Claudette juga menjalani pengobatan terapi imunitas. Ia sangat bersyukur sudah pernah melakukan uji alergi sehingga tahu apa yang membuat tubuhnya terus menerus mengalami komplikasi sakit.

Giselle, rhinitis alergi sejak kecil

Cerita tentang rhinitis alergi berikutnya datang dari Giselle, perempuan berusia 19 tahun. Sehari-hari ia menekuni studi Performing Arts dengan agenda seperti bernyanyi, menari, dan akting.Namun jauh sebelumnya Giselle kecil mengalami rhinitis alergi yang cukup parah. Di usianya yang masih 4 tahun saja, dia telah dirawat di rumah sakit sebanyak 40 kali. Giselle menderita rhinitis alergi berupa gejala asma yang parah.Sakit sudah menjadi teman sehari-hari Giselle di masa kecil. Hal-hal sederhana seperti kue ulang tahun atau hewan peliharaan temannya bisa membuat asmanya kumat hingga ia kesulitan bernapas.Dokter tempatnya berkonsultasi menyarankannya untuk tetap aktif beraktivitas. Sembari mengonsumsi obat, Giselle juga berolahraga seperti bermain bola, berenang, dan skating.Pengobatan yang dijalaninya adalah suntikan untuk alergi dan asma. Selain itu, Giselle harus menjaga pola makan dan nutrisi serta memastikan tidur cukup.

Ketika rhinitis alergi menjadi parah

Berbeda dengan rhinitis non-alergi, rhinitis alergi biasanya terjadi pada orang di usia muda dan gejalanya sudah terlihat sejak masih kecil. Contohnya, seseorang yang menganggap asap rokok sebagai alergen dan akan terus menerus mengalami alergi ketika terpapar asap rokok tersebut.Ketika rhinitis alergi menjadi parah, pola tidur hingga aktivitas sehari-hari dapat terganggu. Bila tidur tak lagi berkualitas, konsekuensinya adalah sulit fokus di siang hari hingga hiperaktif. Pada rhinitis alergi, yang terjadi adalah reaksi dari rongga hidung. Bagian tubuh yang satu ini memiliki banyak fungsi penting, seperti menyaring udara yang masuk ke paru-paru.Lebih jauh lagi, bagian hidung ini juga sensitif dengan perubahan sekecil apapun. Pada rhinitis alergi, terjadi peradangan mukosa hidung dan produksi lendir sebagai respon atas paparan alergen.

Rhinitis alergi, kenali pemicunya

Banyak orang yang masih bertanya-tanya apa yang terjadi ketika tubuh mereka terus menerus sakit hingga mengalami komplikasi. Tidak sedikit yang mengasumsikan ada penyakit lain sebelum akhirnya menjalani tes alergi.Untuk itu, coba kenali gejala yang terus menerus terjadi sebagai tanda rhinitis alergi dan periksakan untuk tahu diagnosis dan cara mengatasinya dengan tepat.