Berita Kesehatan
Mutasi Virus Corona dan Kemampuan mRNA Terbatas
Kamis, 15 Apr 2021 13:43:44

Virus corona kembali bermutasi. Kali ini, virus yang masih menjadi pandemi ini bermutasi dan menghasilkan varian virus baru yang disebut virus corona E484K. Virus yang merupakan hasil mutasi dari varian virus B.1.1.7 ini disebut lebih cepat menular jika dibandingkan dengan varian virus sebelumnya. Varian virus corona E484K sebelumnya ditemukan di beberapa negara, dan saat ini disebut sudah ada di Indonesia. Maka dari itu, penting untuk meningkatkan kewaspadaan agar terhindar dari risiko penyakit. 

Kabar buruknya, kemampuan vaksin mRNA disebut terbatas dalam mengidentifikasi mutasi virus. Katanya, vaksin mRNA Pfizer-BioNTech kurang mampu mengidentifikasi mutated receptor-binding domain (RBDs) dari protein spike SARS-CoV-2 yang memiliki varian B.1.351 dan P.1. Sebelumnya perlu diketahui, protein spike merupakan bagian berbentuk paku yang berada di permukaan virus corona. Bagian ini merupakan “pintu masuk” virus corona ke sel tubuh manusia. 

Waspadai Mutasi Virus Corona E484K

Virus corona terus bermutasi. Melansir pemberitaan di media, varian virus corona B.1.351 pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, dan varian P.1 di Brasil. Kedua varian tersebut memiliki mutasi E484K. Ternyata, mutasi virus ini disebut bisa menurunkan respons antibodi dari vaksin, terapi antibodi monoklonal, plasma pemulihan, dan infeksi alami. Dengan kata lain, mutasi virus bisa mengacaukan dan menurunkan kemampuan pengobatan maupun pencegahan infeksi virus corona. 

Tidak hanya itu, vaksin mRNA yang sebelumnya efektif mulai mengalami penurunan kemampuan. Kemanjuran vaksin mRNA dalam mengenali virus berkurang hingga 10 kali lipat untuk varian B.1.351 dan P.1. Hal itu berarti perlu dilakukan pengembangan terhadap vaksin corona. Mutasi E484K adalah rintangan utama untuk pengenalan kekebalan tubuh, plasma penyembuhan, terapi antibodi monoklonal, serta tes serologis berdasarkan urutan tipe liar.

Melalui penelitian yang dilakukan, diketahui terjadi pengurangan peningkatan antibodi hingga 10 kali lipat. Peneliti meyakini mutasi E484K adalah penyebab utama di balik pengikatan antibodi yang berkurang. Dari pengamatan yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa individu dengan antibodi dari infeksi alami mungkin tidak terlindungi dari varian virus corona baru, terutama jika virus mengandung mutasi E484K. Karena itu, tim peneliti menyarankan perlunya pengembangan vaksin yang lebih baru untuk melawan virus corona. 

Meski varian baru virus corona disebut lebih berbahaya dan bisa dengan cepat menular, pastikan untuk tetap tenang dan selalu terapkan protokol kesehatan. Selalu kenakan masker, rajin mencuci tangan, dan jaga jarang dengan orang lain saat harus beraktivitas di luar rumah. Melansir laman Covid19.go.id, pemerintah Indonesia terus meningkatkan pemantauan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan varian COVID-19 yang masuk ke Indonesia dan proses skrining perjalanan dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.

Pemerintah juga pastikan ketersediaan reagen (bahan kimia untuk tes COVID-19) demi tercapainya angka testing sesuai standar dunia.