
Tes fungsi paru atau spirometri adalah prosedur untuk memeriksa kondisi dan fungsi sistem pernapasan. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter untuk mendiagnosis penyakit saluran pernapasan serta memantau efektivitas pengobatan.
Tes fungsi paru atau spirometri dilakukan dengan menggunakan spirometer, yaitu alat berbentuk tabung kecil yang dilengkapi mesin pengukur. Alat ini dapat mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan diembuskan oleh pasien.
Beberapa parameter yang dapat diukur oleh spirometer adalah:
Dengan parameter di atas, pemeriksaan fungsi paru dapat mendeteksi adanya dua jenis gangguan pernapasan berikut:
Dokter dapat menyarankan pasien untuk menjalani tes fungsi paru dengan tujuan sebagai berikut:
Berikut ini adalah beberapa gangguan saluran pernapasan yang dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fungsi paru:
Tes ini dapat meningkatkan tekanan pada kepala, dada, perut, dan mata. Oleh karena itu, tes fungsi paru perlu dihindari atau ditunda jika pasien memiliki kondisi berupa:
Pasien yang baru menjalani operasi mata atau operasi di daerah perut, serta pasien yang belum lama mengalami benturan pada kepala dan masih merasakan keluhan, juga perlu pertimbangan khusus untuk bisa menjalani tes ini.
Selain itu, tes fungsi paru juga membutuhkan pasien untuk bernapas lebih dalam, sehingga pasien dengan beberapa kondisi di bawah ini sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum menjalani tes:
Pada kasus tertentu, pasien akan diberikan obat pelega pernapasan (bronkodilator) yang dihirup untuk dibandingkan hasil tes sebelum dan sesudah obat diberikan. Jika memiliki alergi terhadap obat-obatan bronkodilator, beri tahu dokter.
Contoh obat-obatan bronkodilator adalah kelompok beta-2 agonists, misalnya salbutamol, formoterol, atau salmeterol, dan kelompok antikolinergik, contohnya tiotropium atau ipatropium.
Sebelum tes fungsi paru atau spirometri dilakukan, pasien harus mempersiapkan beberapa hal berikut:
Pemeriksaan spirometri umumnya hanya memakan waktu 10–20 menit, tapi dapat lebih lama jika dokter meminta pasien untuk melakukan tes sesi kedua dengan menggunakan obat bronkodilator sebagai pembanding.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaannya:
Jika dari hasil pemeriksaan pertama dokter mencurigai adanya gangguan pernapasan, pasien akan diberikan obat bronkodilator dan diminta menunggu 15 menit. Setelah itu, tes spirometri kedua akan dilakukan. Dokter akan membandingkan hasil tes pertama dan kedua untuk melihat apakah ada perbaikan setelah menggunakan obat.
Setelah pemeriksaan fungsi paru selesai, pasien diperbolehkan pulang dan beraktivitas seperti biasa. Namun, jika pasien baru pertama kali menggunakan bronkodilator, dianjurkan untuk tidak langsung pulang agar dokter dapat melihat apakah ada reaksi alergi terhadap obat yang diberikan.
Selain itu, bagi pasien yang memang menderita gangguan saluran pernapasan, pasien dianjurkan untuk beristirahat sejenak sebelum pulang ke rumah karena pemeriksaan ini dapat membuat tubuh terasa lebih lelah.
Hasil akhir pemeriksaan spirometri tidak bisa langsung disimpulkan di hari yang sama. Data yang didapat harus didiskusikan lebih lanjut oleh dokter paru. Hasil pemeriksaan juga akan dibandingkan dengan prediksi nilai kondisi normal.
Prediksi nilai kondisi normal pada tiap pasien dapat berbeda-beda, tergantung umur, berat badan, dan jenis kelamin. Jika spirometer menunjukan hasil di bawah 80% dari nilai yang telah prediksi, pasien bisa dikatakan mengalami gangguan pada saluran pernapasan.
Spirometri merupakan prosedur yang tergolong cepat dan aman untuk dilakukan. Meski demikian, setelah pemeriksaan berlangsung, pasien dapat merasakan beberapa efek samping, seperti: